Rabu, 30 Desember 2009

TANDA-TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN

Latar Belakang
Dalam memberikan asuhan kehamilan, bidan sebagai pemberi pelayanan harus mengetahui tanda-tanda dan gejala kehamilan. Hal ini sangat penting mengingat banyak sekali wanita yang datang pada bidan untuk mendapatkan kepastian apakah dirinya dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk dapat membatu mendiagnosa seseorang hamil atau tidak diperlukan data-data yang akurat baik dalam melakukan anamnesa ataupun pada saat melakukan pemeriksaan fisik.
Peran bidan berbeda dengan obstetris dalam melakukan diagnosa kehamilan. Obstetris bisa langsung dapat mendiagnosa kehamilan dengan menggunakan alat ultrasonografi. Seorang bidan harus memiliki suatu kompetensi dalam melakukan anamnesa dengan menggali keluhan yang dirasakan klien serta kecermatan dalam menemukan tanda dan gejala melalui serangkaian pemeriksaan fisik.
Untuk itulah bidan membutuhkan suatu kompetensi dalam mengenali tanda dan gejala kehamilan melakui anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda-tanda dan gejala kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yang akan diuraikan dibawah ini
Tanda-tanda dan gelaja subjektif kehamilan (presumtive symptom & sign )
Presumtive sympton atau tanda subjektif adalah tanda dan gejala yang dirasakan oleh kilen. Tanda dan gejala ini mungkin saja mengarah kepada kehamilan sebelum bidan dapat mendiagnosa kehamilan secara pasti. Tetapi tanda presumtive ini ditemukan juga pada kondisi-kondisi lain. Berikut ini tanda dan gejala yang dapat dirasakan oleh klien :
Amenorrhoe
Pada wanita yang memiliki siklus haid reguler, amenorrhoe merupakan salah satu gejala presumtive yang mengarah pada kehamilan. Biasanya yang sangat penting diketahui adalah HPHT untuk menentukan usia kehamilan dan tangal taksiran persalinan.
Tetapi dapat juga ditemukan pada kondisi penyakit berat seperti TBC, thypus, anemia, penggunaan kontrasepsi, kehilangan berat badan drastis, menopouse atau pengaruh psikis. Ada juga ditemukan pada wanita hamil terjadi perdarahan dari vagina. Hal ini sapat disebabkan karena implantasi zygote pada saat nidasi.
Oleh sebab itu sangat penting untuk menggali karakteristik haid mengenai siklus, banyaknya dan lamanya khususnya pada haid terakhir yang dialaminya.
Perubahan pada payudara
Perubahan pada payudara biasanya dirasakan klien dada berisi dan agak nyeri dari biasanya. Hal ini disebabkan katrena perubahan hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli mamae. Biasanya terjai pada minggu ke-3 atau ke-4 kehamilan (2 minggu setelah ferlilisasi). Minggu ke 8-12 mulai terjadi perubahan ukuran dan adanya pigmentasi pada puting dan areola. Pada minggu ke-16 kokostrum mulai disekresi, tetapi hal ini juga ditemukan pada kondisi hyperprolactemia.
Perubahan payudara jugaditemulan pada beberapa orang sebelum mengalami haid yang disebabkan karena pengaruh hormon menjelang menstruasi.
Mual dan muntah
Lebih dari 50-70% wanita hail mengalami mual dan muntah. Dapat terjadi pada pagi hari (morning sickness) atau sepanjang hari.Hal ini disebabkan karena peningkatan kadar hCG dan estrogen yang mempengaruhi sistem gastrointestinal. Keadaan ini mulai terjadi pada minggu ke-4 sampai minggu ke-14 kehamilan. Pada batas tertentu hal ini fisiologis, tetapi apabila didapatkan keadaan mual dan muntah yang hebat dapat menyebabkan hiperemisis gravidarum yang memerlukan penanganan serius.
Keadan ini dapat terjadi juga pada kondisi seperti stress atau gangguan gastrointestinal.
Sering kencing
Sering kencing mulai timbul pada minggu ke-8 sampai minggu ke-14. Ha ini disebabkan karena kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada trimester I keluhan ini muncul dan menghilang pada trimester II, kemudian muncul lagi pada trimester III.Pada trimester III disebabkan karena janin mulai turun dan menekan kembali kandung kencing.
Kondisi sering kencing juga ditemukan pada keadaan infeksi saluran kemih.
Hyperpigmentasi pada kulit
Hyperpigmentasi pada kulit ditemukan pada muka (melasma / cloasma gravidarum), pada areola dan papila mamae deposit pigmen berlebih segingga menjadi berwarna lebih hitam, pada abdomen linea alba menjadi linea fusca (coklat) atau linea nigra (hitam). Hail ini disebabkan karena pengaruh hormon kostokosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. Terjadi mulai kehamilan 12 minggu.
Keadaan ini dapat terjadi pada kondisi penggunaan kontrasepsi oral, kelebihan berat badan sehingga menyebabkan strectching pada kulit atau penyakit-penyakit tertentu lainnya.
Merasakan gerakan janin oleh klien
Gerakan janin dapat dirasakan oleh klien pada usia kehamilan 18 minggu untuk primigravi dan dan usia kehamilan 16 minggu untuk multigravida. Keadaan ini juga dapat dirasakan pada kondisi peningkatan peristaltik usus, flatus atau kontraksi otot abdominal.
Bagian anak dapat diraba jika sudah besar, tetapi tumor pada pada uterus atau abdomen juga adapat menyerupai bentuk anak.
Merasa lelah
Perasaan lelah (fatique) disebabkan karena ketidaknyamanan yang dirasakan. Dapat terjadi mulai minggu ke- 6. Kondisi lain yang serupa terjadi pada perubahan kebiasaan tidur karena stress, perubahan gaya hidup atau kondisi sakit.
Peningkatan suhu basal
Peningkatan suhu tubuh ddapat dirasakan oleh klien pada daerah payudara sekitar 0,7 derajat C dibandingkan daerah diatas sternum. Hal ini disebabkan karena peningkatan vaskularisasi pada payudara. Dapat terjadi mulai kehamilan 4 minggu. Peningkatan suhu dapat diobservasi menggunakan sensitive infrared thermometer.
Kondisi serupa dapat terjadi pada keadan sakit yang disebabkan infeksi atau peningkatan aktifitas tubuh.
Tanda –tanda mungkin kehamilan (probable sign)
Probable sign atau tanda mungkin merupakan tanda yang ditemukan pemeriksa secara objektif pada saat kehamilan muda atau bisa juga diobservasi oleh klien sendiri. Semakin banyak tanda mungkin semakin besar kemungkinan wanita didiagnosa hamil. Tanda-tanda mungkin diuraikan seperti dibawah ini :
Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim
Uterus pada wanita hamil semakin lama semakin membesar dan bentuknya bundar. Pembesaran rahim dapat diraba dengan pemeriksan dalam. Kadang-kadang pembesaran rahim tidak rata, pada tempat nidasi tumbuh lebih cepat disebut piskasec’s sign. Tanda ini ditemukan pada usia kehamilan <>
Kondisi dalam rahim berubah menjadi lunak terutama daerah istmus uteri sehingga bila dilakukan pemeriksan dalam dengan meletakan dua jari dalam forniks posterior dan tanagan lain diletakkan di pinggir atas simpisis, maka istmus tidak teraba seolah-olah korpus uteri terpisah dari serviks uteri, disebut tanda hegar. Tanada ini ditemukan pada minggu ke-6 sampai ke-12.
Perubahan pada mukosa vagina dan vulva
Mukosa vagina dan vulva pada wanita hamil berubah menjadi tampak lebih merah agak kebiru-biruan disebut tanda chadwick (jacquemer’s sign). Diakibatkan karena peningkatan vaskularisasi. Terjadi pada minggu ke-8. Kondisi ini juga dapat ditemukan pada vasocongestion.
Perubahan pada serviks
Pada kehamilan serviks menjadi lebih lunak dari sebelum hamil disebut goodell sign. Kondisi ini disertai dengan pengeluara leukore akibat meningkatnya produksi asam laktat dari glikogen dalam epitel vagina oleh kerja lactobasillus acidophillus. Terjadi paka usia kehamilan mulai 12 minggu. Kondisi lain pada keadan serupa terjadi pada wanita yang menggunakan oral kontrasepsi.
Kontraksi Braxton Hicks
Kontraksi braxton hicks dapat dirasakan oleh pemeriksa pada saat melakukan palpasi
abdomen atau pada saat melakukan pemeriksaan dalam pada usia kehamilan 16-20 minggu. Klien mungkin dapat merasakan kontraksi ini atau tidak merasakannnya.
Balotemen
Pada bulan ke-4 atau ke-5, ukuran janin lebih kecil dari jumlah air ketuban. Maka kalau rahim didorong sekonyong-konyong, janin akan melenting dalam rahim disebut balotemen. Bisa ditemukan pada pemeriksan luar maupun pemeriksan dalam.
Pembesaran perut
Sebelum usia kehamilan 12 minggu, uterus masih berada di dalam rongga panggul, untuk memeriksa pembesarannya dapat dilakukan pemeriksan dalam. Setelah 12-20 minggu, perkiraan usia kehamilan dapat dilakukan pemeriksaan luar dengan palpasi uterus. Dari minggu ke-12 sampai 36, pengukuran tinggi fundus dapat menggunakan pita ukur (± 2 cm ). Dari minggu ke-36 sampai persalinan hasilnya akan bervariasi sesuai dengan berat badan janin dan karena penurunan kepala janin.
Pemeriksaan biologis
Reaksi kehamilan tergantung dari kadar hCG yang beredar dalam darah ibu hamil. hCG diproduksi oleh kelenjar hypopise anterior dan plasenta. hCG dapat terdeteksi dalam serum setelah 8 hari fertilisasi (5%) paling banyak setelah 11 hari fertilisasi. Jumlah 0,5 satuan internasional hCG per ml urine adalah kadar terendah untuk menimbulkan reaksi yang positif. Pregnancy test akan positif bila terdapat 50 iu / L hCG dalam urine ibu hamil. Kadar 500 iu sehari baru didapatkan setelah 20 hari terjadinya pembuahan atau 8 hari sesudah telat haid. Pregnancy test memiliki akurasi 99%.
Pemeriksan biologis lain pada serum ibu hamil yang dapat digunakan adalah Radioimmuniossay (RIA) , Immunoradiometric Assay (IRMA), Enzyme-linked Immunosorment Assay (ELISA), Floroimmunoassay (FIA) dan Aglutinin Inhibition. Kondisi lain dengan hCG positif ditemukan pada penyakit tropoblastik.
Tanda-tanda pasti kehamilan (possitive sign)
Positive sign atau tanda positif merupakan tanda objektif yang didapatkan oleh pemeriksa dari hasil pemeriksan pada klien. Apabila ditemukan salah satu tanda tersebut, maka diagnosa kehamilan dapat dibuat dengan pasti. Tanda pasti diuraikan sebagai berikut:
Mendengar Bunyi jantung anak
Bunyi jantung janin dapat dideteksi dengan fetoskop atau doptone. Pada kehamilan 6 minggu mulai dapat dideteksi dengan trasvaginal ultrasound. Dengan USG transabdominal terdeteksi mulai pada usia kehamilan 8 minggu. Doptone dapat mendeteksi bunyi jantung janin pada usia kehamilan mulai 10-12 minggu. Pinard’s fetal stethoscop dapat mendeteksi bunyi jantung janin pada usia kehamilan mulai 20-24 minggu.
Melihat dan meraba pergerakan dan bagian janin oleh pemeriksa
Pergerakan anak dapat dirasakan oleh pemeriksa mulai usia kehamilan 20-24 minggu, sedangkan bagian-bagian janin mulai dapat dipalpasi pada usia kehamilan mulai 24 minggu.
Melihat rangka janin dengan sinar rontgen atau dengan utrosound
Sinar rontgen dapat berpengaruh buruk pada janin apabila dilakukan pada usia muda kehamilan, sehingga pemeriksan rontgen dianjurkan pada usia kehamilan > 18 minggu. Pada usia ini juga rangka janin sudah terbentu dan dapat terdeteksi dengan jelas.
Pemeriksaan menggunakan USG lebih aman untuk janin dan dapat mendeteksi kantung kehamilan sejak usia kehamilan 5 minggu, bunyi jantung dan usaha bernafas terdeteksi mulai usia kehamilan 7 minggu, pergerakan badan terdeteksi mulai usia kehamilan 9 minggu.


REFERENSI
  1. Mochtar (1998) Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta.Hal 43-46
  2. Wals (2001), Community Based Care During The Childbearing Year,WB Saunders Company, Piladelphia: p. 89-97

Jumat, 14 Agustus 2009

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA
Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).
Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :
  • Kompetensi Teknis (Technical competence)
  • Akses terhadap pelayanan (Access to service)
  • Efektivitas (Effectiveness)
  • Efisiensi (Efficiency)
  • Kontinuitas (Continuity)
  • Keamanan (Safety)
  • Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)
  • Kenyamanan (Amenities
Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.
Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :
Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klien
Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien
Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:
Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien
Pembatasan pada upayan yang dilakukan
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.
Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.
Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :
Struktur
  • Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
  • Struktur = input
  • Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :
    • Jumlah, besarnya input
    • Mutu struktur atau mutu input
    • Besarnya anggaran atau biaya
    • Kewajaran
b. Proses
  • Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
  • Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus.
  • Baik tidaknya proses dapat diukur dari :
    • Relevan tidaknya proses itu bagi klien
    • Fleksibilitas dan efektifitas
    • Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya
    • Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan
  1. Outcomes
  • Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien
  • Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
  • Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.
  • Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien
Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
Judul rencana kerja (topic),
Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement),
Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target),
Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
Biaya yang diperlukan (budget),
Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik
Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni
Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
Tetapkan jangka waktu pengamatan
Lakukan perhitungan penyimpangan
 Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
Tentukan prosentase penyimpangan
Buat grafik penyimpangan
Nilai grafik
Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
REFERENSI
Saifuddin (2003), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jakarta
Amiruddin (2007), Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan,
Soejono Tjitro (2000)  Total Quality Management, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI


PENDAHULUAN

Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya anatara lain ibu tidak memproduduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan kerena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa Asi-nya cukup untuk bayinya. Disamping itu cara-cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan pada putting susu ibu.
Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada pemberian susu formula atau yang lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu-ibu tidak menyusui bayinya terutama yang berdomisili di perkotaan antara lain adalah :
• Kurangnya dukungan dari keluarga untuk menyusui seperti yang dialami ibu-ibu di pedesaan. Di perkotaan ibu-ibu banyak memperoleh informasi tentang penggunaan susu formula.
• Ibu-ibu di perkotaan rata-rata melahirkan di Rumah sakit atau di Rumah bersalin yang tidak menganjurkan menyusui dan tidah menerapkan pelayan rawat gabung serta tidak menyediakan fasilitas Klinik laktasi.
• Pengaruh kemajuan teknologi dan perubahan sosial budaya mengakibatkan ibu-ibu diperkotaan rata-rata bekerja diluar rumah dan makin meningkat daya belinya mereka menganggap lebih praktis membeli dan memberikan susu formula daripada menyusui.
Di daerah pedesaan rata-rata ibu menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian menunjukan pengaruh kebiasaan yang kurang menunjang pamanfaatan ASI secara optimal, seperti pemberian pralaktal, pemberian makanan/minuman pengganti ASI karena ASI belum keluar untuk hari-hari pertama setelah melahirkan.
Jenis makanan tersebut dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui hisapan bayi pada payudara ibu.
Penelitian menunjukan peningkatan penggunaan susu formula. Jumlah ibu-ibu yang memberikan ASI pada bayi usia 0-3 bulan di perkotaan sebanya 47%. Sedangkan di pedesaan sebanyak 55 %.
Beberapa alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah:
• Produksi ASI kurang (32%)
• Ibu bekerja (16%)
• Ingin dianggap modern (4%)
• Masalah pada putting susu (28%)
• Pengaruh iklan pada susu formula (16%)
• Pengaruh orang lain terutama keluarga (4%)
Oleh karena itu dukungan untuk pemberian ASI sangat diperlukan dari keluarga , masyarakat dan petugas kesehatan untuk menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas .

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

A. Anatomi Fisiologi Payudara
1) Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara disebut Glandulla Mammae, berkembang sejak usia janin 6 minggu dan membesar karena pengaruh hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen meninggkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung. Prosesteron merangsang pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain seperti prolaktin, growth hormon, adenokostikosteroid. dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar air susu.
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Diameter payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-r4ata sekitar 200 gram, tergantung individu. Pada akhir kehamilan beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan pada waktu menyusui beratnya mencapai 600-800 gram.
Besarnya payudara setiap wanita berbeda, tidak menjadi ukuran banyaknya ASI yang di produksi. Payudara terbagi 3 bagian:
1. Korpus ( badan ) yaitu bagian yang besar
2. Areola yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman
3. Papilla ( putting ) yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu :
a. Kulit
b. Jaringan subkutan ( jaringan di bawah kulit )
c. Corpus mammae terdiri dari :
o Parenkin : duktus laktiferus uktus), duktulus (duktuli), lobus,alveoli.
o Stroma
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap duktus bercabang-cabang menjadi
20-40 duktuli. Duktulus bercabang-cabang menjadi 10-100 alveolus yang berfungsi sebagai satu kasatuan kelenjar. Payudara merupakan kumpulan dari sejumlah kelenjar susu tunggal.

Masing-masing duktus akan membentuk lobus dan duktulus akan
membentuk lobulus. Duktulus dan duktus berpusat kearah puting susu.
Sebelum bermuara pada puting susu, masing-masing duktus melebar membentuk ampulla atau sinus yang akan berfungsi sebagai gudang air susu ibu. Sinus, duktus, dan alveolus dikelilingi oleh myoepitel yang dapat
berkontraksi untuk memompa ASI. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang memberi zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu ibu.
Bagian stroma mdari payudara tersusun dari bagian-bagian berikut
1. Jaringan ikat
2. Jaringan lemak
3. Pembuluh darah
4. Syaraf
5. Pembuluh limpa
Puting susu dan areola (daerah sekitar puting susu yang berpigmentasi lebih) adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu. Dengan cekapan bibir bayiyang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.
Pada umumnya putting susu menonjol keluar. Meskipun demikian, kadang dijumpai putting yang panjang, datar (flat nipples), atau masuk ke dalam (inverted nipples). Namun, bentuk putting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Hal terpenting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan seperti dot ke dalam mulut bayi. Kadang-kadang terdapat pula putting yang tidak lentur, terutama pada bentuk yang terbenam sehingga butuh penanganan khusus, ibu dengan kondisi seperti itu perlu mendapatkan perawatan payudara sejak sebelum masa laktasi.
Pada ujung putting susu terdapat 15-25 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar, misalnya Kelenjar Montgory yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar putting tetap lunak dan lentur.
2) Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibanding dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi. Laktasi mempunyai dua pengertian berikut ini :
1. Pembentukan / produksi air susu
2. Pengeluaran air susu
Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel- kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan plasenta yaitu laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada payudara.
Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung putting keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormon estrogen.
Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran. Setelah persalinan, segera susu-kan bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar. Dua hari pertama pasca persalinan, payudara kadang-kadang terasa penuh dan sedikit sakit. Keadaan yang disebut engorgement disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah ke payudaran serta mulainya laktasi yang sempurna.
3) Refleks pada laktasi
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi. Refleks yang terjadi pada ibu, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex). Kedua refleks ini bersumber dari rangsangan putting susu akibat isapan bayi. Adapun refleks pada bayi, yaitu refleks menangkap (rooting refleks), refleks mengisap, dan refleks menelan. Refleks tersebut adalah dasar dari laktasi.
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah.
Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi, semakin sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat kompleks dan belum dapat dibuat secara sintesis. Oleh karena itu, tindakan sering menyusui bayi merupakan cara terbaik untuk mendapatkan air susu yang banyak.

b. Refleks Aliran
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting agar tidak terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada payudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang, mengakibatkan payudara mudah terkena infeksi. Kadang-kadang, tekanan akibat kontraksi otot-otot polos tersebut begitu kuat sehingga air susu menyembur keluar. Hal ini dapat menyebabkan bayi tersedak. Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos tersebut disebut refleks aliran.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir harus segera disusukan pada ibunya jika keadaan memungkinkan. Dengan seringnya menyusui, penciutan rahim akan semakin cepat dan makin baik. Perlu ibu ketahui, tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim pada bentuk semula.
Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, Rasa khawatir dan rasa sakit (misalnya luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks tersebut. Diduga, hal tersebut menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitosin tidak dapat mencapai otot polos. Dengan demikian, tidak ada rangsangan kontraksi dari otot polos.
c. Refleks Menangkap (Rooting Reflex)
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah reflaks menangkap.
d. Refleks Mengisap.
Reflaks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-langit (palatum) dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakan secara sempurna, sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut (masuk ke dalam mulut) bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah, serta langi-langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam mulut bayi.
e. Refleks Menelan
Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflaks menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.
Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum dengan botol ayau dot. Dot memiliki karet panjang yang tidak perlu diregangkan sehingga bayi tidak perlu mengisap kuat. Jika bayi telah diajarkan minum dari botol/dot, akan timbul kesulitan menyusu pada ibunya. Ia akan mencoba mengisap, seperti halnya mengisap dot. Pada keadaan ini, ibu dan bayi perlu bantuan untuk belajar proses ini dengan baik dan benar.
Berikut mekanisme menyusu pada ibu :
• Bibir bayi menangkap putting selebar areola.
• Lidah menjulur ke depan untuk menangkap putting.
• Lidah ditarik mundur untuk membawa putting menyentuh langit-langit dan areola di dalam mulut bayi.
• Timbul refleks mengisap pada bayi dan refleks aliran pada ibu.

Berikut mekanisme menyusu menggunakan dot :
o Bibir terbuka untuk menerima putting dari dot dan otot-otot pipi mengendor.
o Putting karet terletak di atas lidah, menyentuh langit-langit lunak.
o Lidah bergerak ke depan untuk menekan putting karet pada gusi dan langit-langit sedemikian rupa untuk mengatur aliran susu.

Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI :
• MotivaSi diri dan dukungan suami/keluarga untuk menyusui bayinya sangat penting.
• Adanya pembengkakan payudara karena bendungan ASI.
• Pengosongan ASI yang tidak teratur.
• Kondisi status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI.
• Ibu yang lelah atau kurang istirahat /stress /sakit.

Oleh karena itu, hindari faktor-faktor di atas dengan lebih meningkatkan percaya diri, melakukan perawatan payudara secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa dijadwal sesuai kebutuhan bayinnya. Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat daya isapnya, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.
Produksi ASI selalu berkesinambungan. Setelah payudara disusukan, ASI akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI akan terus diproduksi, asal bayi tetap mengisap serta ibu cukup makan dan minum. Selain itu ibu mempunyai keyakinan mampu memberikan ASI pada bayinya. Dengan demikian, ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif murni selama 4-6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak berusia dua tahun untuk mendapatkan anak yang sehat dan cerdas.

B. Dukungan Bidan Dalam Memberikan ASI
1. Yakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui, dan ASI adalah yang terbaik untuk bayinya serta ibu dapat memproduksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi dan tidak tergantung pada besar kecilnya payudara ibu.
2. Memastikan bayi mendapat ASI yang cukup
3. Membantu ibu mengembangkan keterampilan dalam menyusui.
4. Ibu mengetahui setiap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya dan mengerti bahwa perubahan tersebut normal.
5. Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku bayi dan bagaimana seharusnya menghadapi dan mengatasinya.
6. Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
7. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama. Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI. Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar selama beberapa jam pertama sesudah lahir. Kemudian mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan menyelimuti mereka. Jika mungkin dilakukan ini paling sedikit 30 menit, karena pada saat itulah kebanyakan bayi siap menyusui.
10
8. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk mencegah kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangan sesudah membuang air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor.
Ibu harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari, tidak boleh mengoleskan krim, minyak, alkohol atau sabun pada putting susunya.
9. Bantulah ibu waktu pertama kali memberi ASI.
Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.
- Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri
- Duduk. Penting untuk memberikan topangan / sandaran pada
punggung ibu dalam posisinya tegak lurus (90’) terhadap
pangkuannya.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara.
a. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
b. Mulut dan dagunya berdekatan denga payudara.
c. Areola tidak akan bisa terlihat denga jelas.
d. Anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lamban dan dalam, dan
e. menelan ASI-nya.
f. Bayi terlihat tenang dan senang.
g. Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.
10. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung, rooming in). Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya dari bayi maka ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
11. Memberikan ASI sesering mungkin.
Biasanya bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Selama 2 hari pertama sesudah lahir beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi dengan cara membangunkannya selama siklus tidurnya setia 2-3 jam.
12. Memberikan Kolostrum dan ASI saja
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya, karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASI dihisap oleh bayi. Makin banyak ASI yang dihisap oleh bayi makin banyak produksi ASI ibu.
13. Hindari susu botol dan dot empeng.
Susu botol dan dot empeng membuat bayi bingung putting karena mekanisme menghisap botol dandot empeng berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada ibunya.
14. Mendukung suami dan keluarga yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, untuk memberikan dorongan yang baik bagi ibu agar lebih berhasil dalam menyusui
15. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam membantu ibu-ibu menyusui yang mengalami hambatan dalam menyusui.
16. Imflikasi kode WHO, yaitu a.l : melarang promosi PASI, melarang pemberian sample PASI, bidan tidak boleh menerima hadiah dari produsen PASI, mencantumkan komposisi dan mencantumkan bahwa ASI adalah yang terbaik, petugas harus mendukung pemberian ASI,
C. Manfaat Pemberian ASI
1. Manfaat bagi bayi
1) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung
protein yang spesipik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh
2) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protei, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.
3) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.
4) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan ideal.
5) ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.
6) Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi.
7) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara sehingga kebersihannya terjamin.
8) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan.
9) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu mengurangi insiden maloklusi dan membentu otot pipi yang baik.
10) ASI memberikan keuntungan psikologis.
11) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
2. Manfaat Untuk Ibu.
1) Aspek kesehatan ibu.
a. Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipopise untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus
b. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat kehilangan lemak.
c. Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma payudara dan karsinoma ovarium.
d. Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja.
2) Aspek Keluarga Berencana
Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan.
3) Aspek Psikologis
Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
3. Manfaat Untuk Keluarga
a. Aspek Ekonomi
• Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli
• Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terkena infeksi
b. Aspek Psikologis
Memberikan kebahagian pada keluarga dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan setiap saat.
4. Manfaat Untuk Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik, karena ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui dapat menghemat devisa yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
D. Komposisi Gizi Dalam ASI
1. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dengan kadar 3,5%-4,5%. Lemak mudah diserap oleh bayi karena enzim lipase yang terdapat dalam sistem pencernaan bayi dan ASI akan mengurai Trigliserida menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Keunggulan lemak ASI mengandung asam lemak esensial yaitu Docosahexaenoic Acid (DHA) Arachionoic Acid (AA) berguna untuk pertumbuhan otak. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi karena untuk merangsang enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efisien.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalamASI adalah laktose dengan kadar 7 gram %. Laktose mudah terurai menjadi Glukose dan Galaktose oleh enzim Laktose yang terdapat dalam mukosa saluran pencernaan bayi sejak lahir. Laktose juga bermanfaat untuk mempertinggi absofsi Kalsium dan merangsang pertumbuhan Laktobasilus Bifidus.
3. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey kadarnya 0,9 %. Selain itu
terdapat dua macam asam amino yaitu sistin dan taurin. Sistin diperluka untuk pertumbuhan somatik sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak
4. Garam dan Mineral.
- Zat Besi
Jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah diserap. Zat besi berasal dari persediaan zat besi sejak bayi lahir, dari pemecahan sel darah merah dan dari zat besi yang terkandung dalam ASI. Dengan ASI bayi jarang kekurangan zat besi
- Seng
Seng diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan dan imunitas, juga diperlukan untuk mencegah penyakit akrodermatitis enteropatika (penyakit kulit dan sistim pencernaan)
5. Vitamin
- Vitamin K
Berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah.
- Vitamin E
Banyak terkandung dalam kolostrum.
- Vitamin D
Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi.
6. Zat Protektif
- Imunoglobulin
Semua jenis imunoglobulin terdapat dalam ASI, seperti IgA, IgG, IgM, IgD, dan IgE yang berguna untuk imunitas terhadap penyakit.
- Lisosi
Enzim lisosim dalam ASI berfungsi untuk memecah dinding bakteri dan antiinflamasi.
- Laktoperoksidase
Enzim ini beserta dengan peroksidase hidrogen dan ion tioksinat membantu membunuh streptokokus.
- Lactobasillus bifidus
Lactobasilus bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan asam asetat, menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mokroorganisme patogen.
- Lactoferin dan trasferin
Kedua zat ini merupakan peotein dalam ASI yang berfungsi menghambat pertumbuhan stapilokokus dan E.coli , dengan cara mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sehingga kuman tersebut tidak mendapatkan zat besi.
- Komplemen C3 dan C4
Komplemen C3 dan C4 berguna sebagai faktor pertahanan.
- Sel makrofag
Sel makrofag berfungsi membunuh kuman dan membentuk kimplemen C3, C4, lisosim serta lactoferin.
- Lipase : Lipase merupakan zat anti virus
E. Upaya Memperbanyak ASI
1. Bimbingan prenatal

2. Perawatan payudara dan putting susu sedini mungkin dimulai sejak kehamilan trisemester III.
3. Menyusui sedini mungkin segera setelah melahirkan.
4. Menyusui on demand yaitu menyusui sesering mungkin sesuai dengan kehendak bayi tanpa dijadwal.
5. Menyusui dengan posisi yang benar.
6. Memberikan ASI ekslusif
7. Pemberian gizi pada ibu hamil dengan baik dan seimbang.
8. Dukungan pada ibu secara psikologis dari suami, keluarga dan bidan
9. Sikap pelayanan, pengetahuan dan kesiapan petugas
10. Pelayanan pascanatal

KOMPOSISI KOLOSTRUM, ASI & SUSU SAPI SETIAP 100 ML

ZAT GIZI KOLOSTRUM ASI SUSU SAPI
Energi ( k. kal ) 58.0 70.0 65.0
Protein ( gr ) 2.3 0.9 3.4
Whey - 1 : 1.5 1 : 1.2
Kasein ( mg ) 140.0 187.0 -
Laktalbumin ( mg ) 218.0 161.0 -
Laktoferin ( mg ) 330.0 167.0 -
IgA ( mg ) 364.0 142.0 -
Laktosa ( gr ) 5.3 7.3 4.8
Lemak ( gr ) 2.9 4.2 3.9
Vitamin
Viitamin A ( ug ) 151.0 75.0 41.0
Vitamin B1 ( ug ) 1.9 14.0 13.0
Vitamin B2 ( ug ) 30.0 40.0 145.0
Asam nikotinik(ug) 75.0 160.0 82.0
Vitamin B6 ( ug ) - 12.0-15.0 64.0
Asam pantotenik(ug) 188.0 246.0 340.0
Biotin ( ug ) 0.06 0.6 2.8
Asam Folat ( ug ) 0.05 0.1 0.13
Vitamin B12 ( mg ) 0.05 0.1 0.6
Vitamin C ( mg ) 5.9 5.0 1.1
Vitamin D ( ug ) - 0.04 0.02
Vitamin E (ug ) 1.5 0.25 0.07
Vitamin K ( ug ) - 1.5 6.0
Mineral
Kalsium ( mg ) 39.0 35.0 130.0
Klorin ( mg ) 8.5 40.0 108.0
Tembaga ( mg ) 40.0 40.0 14.0
Zat besi ( mg ) 70.0 100.0 70.0
Magnesium ( mg ) 4.0 4.0 12.0
Fosfor ( mg ) 14.0 15.0 120.0
Porassium ( mg ) 74.0 57.0 145.0
Sodium ( mg ) 48.0 15.0 58.0
Sulfur ( mg ) 22.0 14.0 30.0

Sumber : Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC 1980

PENUTUP
Mernyusui merupakan cara yang ideal bagi ibu untuk memberikan kasih sayang pada anaknya dan cara terbaik memenuhi kebutuhan gizi bayi. Dengan menyusui, hubungan batin yang hangat antara ibu dan bayi akan terjalin erat. Sewaktu menyusu dan berada dalam dekapan ibu, bayi merasakan sentuhan kulit ibu yang lembut dan hangat serta mendengan detak jantung ibu yang akan memberikan rasa aman dan tentram. Kelekatan antara ibu dan bayinya sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan pribadi bayi kelak. Jika ibu selalu ada jika dibutuhkan akan menimbulkanrasa lekat. Ini akan membuat percaya pada orang lain dan menumbuhkan percaya diri. Anak yang mendapat kasih sayang dari ibu juga akan memiliki potensi mengasihi orang lain.
Afeksi yang tumbuh pada diri anak melalui proses menyusui akan menjadi dasar perkembangan emosi yang hangat pada diri anak terhadap dunia sekelilingnya. Dengan demikian, proses menyusui merupakan stimulasi yang penting untuk perkembangan mental, kecerdasan dan sosial emosi anak. Hal ini penting untuk pertumbuhan psikologis yang sehat. Sealain itu juga ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.
Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayinya agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik.

REFERENSI
• Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum, Pusdiknakes WHO, JHIPIEGO 2001

• Perawatan Ibu Paska Melahirkan, Mellyna Huliana Amd. Keb.

• Manajemen Laktasi, Depkes RI 1992

• Modul Pelatihan Tatalakasana Ibu Hamil, Bersalin dan BBL, PERINASIA Cab, Jawa Barat 2001.

• Myles Texbook for Midwifery, V. ruth Bennet & Linda 1999

INFERTILITAS

INFERTILITAS



PENDAHULUAN


Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami kemandulan atau infertilitas. Sebagian besar pasangan suami istri berpikir bahwa mereka akan mudah memperoleh anak. Sebetulnya 1 diantara 10 pasang akan mengalami hambatan untuk mempunyai anak.

Infertilitas bagi pasangan suami istri yang mendambakan anak menimbulkan kesedihan, kemarahan dan kekecewaan dalam keluarga. Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50 % pasangan suami istri untuk dapat memperoleh anak. Ini berarti separuhnya terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak ( adopsi), poligini atau bercerai.

Seringkali wanita yang dipersalahkan bila suatu pasangan suami istri sukar memperoleh keturunan. Sekitar 40 % kasus infertilitas disebabkan oleh kemandulan wanita, 30 % disebabkan oleh kemandulan pria dan 30% oleh keduanya. Kadang-kadang dalam pasangan suami istri, pria tidak bisa menerima kenyataan bahwa masalah berasal dari kedua belah pihak, sehingga akan menolak untuk dilakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena menganggap infertilitas sebagai suatu hal yang memalukan di masyarakat, dimana seorang pria diharapkan dapat meneruskan keturunannya sebagai ciri kejantanan.

Untuk itulah diperlukan suatu penanganan infertilitas yang menyeluruh dari tenaga kesehatan meliputi pasangan suami istri, keluarga dan lingkungannya, sehingga infertilitas tidak lagi menjadi suatu masalah yang dapat mengganggu kebahagian keluarga pasangan suami istri.

INFERTILITAS

A. Definisi Infertilitas

Infertilitas adalah ketidamampuan untuk terjadi konsepsi setelah 1 tahun bersenggama tanpa menggunakan kontrasepsi.

Ada 2 jenis infertilitas :

1. Infertilitas primer , terjadi bila istri belum pernah hamil walaupun bersenggama setelah 1 tahun tanpa kontrasepsi

2 Infertilitas sekunder terjadi bila istri pernah hamil, tetapi kemudian tidak

terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama selama 1 tahun tanpa

kontrasepsi.

Menurut data statistik 80 % terjadi kehamilan pada pasangan suami istri dalam

tahun bersenggama tanpa kontrasepsi, 86% terjadi kehamilan pada tahun ke-2.

Dapat dikatakan pasangan suami istri mengalami infertilitas bila pasangan yang ingin punya anak telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan setelah 1 tahun bersenggama. Menurut Steinberger dan Sherins (1970) pada pasangan infertil masing-masing anggota pasangan mungkin tidak infertil kalau berpasangan dengan yang lain. Setiap anggota pasangan infertil memiliki potensi fertilitas tertentu, jumlah keduanya menentukan kapasitas pasangan itu untuk mendapatkan keturunan. Dengan demikian perbaikan potensi fertilitas dari salah satu anggota pasangan dapat menghasilkan kehamilan. Pengobatan salah satu anggota pasangan infertil pada hakekatnya meningkatkan potensi fertilitas anggota pasangan tersebut, sehingga jumlah potensi fertilitas pasangan tersebut sebagai satu kesatuan biologik, dapat ditingkatkan menjadi lebih besar

Jadi fertilitas dan infertilitas itu merupakan kemampuan sepasang suami istri sebagai satu kesatuan biologik, sehingga tidak ada istilah infertilitas laki-laki atau infertilitas wanita.

B. Pemeriksaan infertilitas

Syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah :

· Istri yang berumur 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan anak selama 1 tahun. Pemeriksaan dapat dilakukan dini apabila :

~ Pernah mengalami keguguran berulang

~ Diketahui mengindap kelainan endokrin

~ Pernah mengalami peradangan rongga perut dan rongga panggul

~ Pernah mengalami bedah gynekologik

· Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang untuk pemeriksaan.

· Pasangan infertil yang berumur 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.

· Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggotanya mengindap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri dan anaknya.

Jenis pemeriksaan infertilitas adalah:

· Anamnesis lengkap

~ Identitas pasangan

~ Riwayat perkawinan

~ Riwayat kesehatan keluarga

~ Riwayat penyakit dahulu

~ Riwayat Obstetri

~ Riwayat menstruasi

· Pemeriksaan fisik

~ Pemeriksaan umum secara head to toe

~ Pemeriksaan Tanda-tanda vital

~ Pemeriksaan payudara

~ Pemeriksaan abdominal

~ Pemeriksaan ginekologi

· Pemeriksaan Diagnostik

~ Pemeriksaan ovulasi

- Pencatatan suhu basal dalam kurve

Bila siklus anovulatoir suhu basal bersifat bifasis, sedangkan bila terjadi ovulasi terdapat kenaikan suhu basal yang disebabkan karena pengaruh progesteron.

- Pemeriksaan vaginal smear

Pembentukan progesteron menimbulkan perubahan sitologis pada sel-sel superfisial.

- Pemeriksaan lendir servik

Progesteron menimbulkan sifat lendir servik menjadi kental dan membentuk gambaran fern bila lendir dikeringkan.

- Pemeriksaan endometrium

Kuretase pada fase premenstruil menghasilkan endometrium dalam stadium sekresi dengan gambaran histologis khas.

- Pemeriksaan hormon entrogen, ICSH, pregnadiol.

- Perhitungan masa subur

Bila siklus wanita berlangsung teratur selama 28 hari, maka suburnya kira-kira terjadi 2 minggu setelah HPHT ( hari ke-14 ). Kadang-kadang ditandai oleh nyeri dibagian bawah perut, keluarnya lendir banyak dari vagina.

~ Pemeriksaan sperma

- Sperma diperiksa dan ditampung setelah pasangan tidak melakukan senggama selama 3 hari dan diperiksa segera setelah dikeluarkan.

- Penilaian sperma meliputi :

Makroskopis : warna, volume, pH, bau.

Mikroskopis : jumlah, bentuk,motilitas, morpologi.

~ Pemeriksaan lendir servik

- Kekentalan lendir servik

Pada stadium proliferasi lendir servik agak cair karena pengaruh estrogen, sedangkan pada stadium sekresi lendir servik kental karena pengaruh progesteron.

- pH lendir servik

Lendir servik bersifat alkalis dengan pH 9

- Enzim proteolitik

Mempengaruhi viskositas lendir servik

- Immunoglobulin

Dapat menimbulkan aglutinasi dari sperma.

Pemeriksaannya menggunakan:

- Sim Huhner Test

Adalah uji pasca senggama pada pertengahan siklus haid, dilakukan 2 jam setelah senggama untuk menilai ketahanan hidup sperma dalam lendir servik.

- Kurzrock Miller Test

Adalah uji sederhana untuk mengukur kemampuan sperma masuk kedalam lendir servik

~ Pemeriksaan tuba

- Pertubasi ( Rubin Test )

Adalah pemeriksaan patensi tuba dengan jalan meniupkan gas CO2 melalui kanula / kateter folley yang dipasang pada kanalis servikalis, apabila salah satu atau kedua tuba paten, maka gas akan mengalir bebas kedalam kavum peritonei.

- Histerosalpingografi

Adalah pemeriksaan untuk mengetahui bentuk cavum uteri dan bentuk dari saluran tuba apabila terdapat sumbatan, dengan menyuntikan cairan contras kedalam uterus.

- Kuldoskopi

Untuk melihat secara langsung melalui suatu alat keadaan tuba dan ovarium.

- Laparaskopi

Untuk melihat secara langsung keadaan genitalia interna dan sekitarnya.

~ Pemeriksaan endometrium

- Dilakukan pada saat stadium premenstruil, dilakukan mikrokuretage untuk mengetahui gambaran histologi stadium sektesi.

C. Faktor yang mempengaruhi infertilitas

1) Faktor fisik

· Pada laki-laki

~ Kualitas dan kuantitas sperma

~ Menderita infeksi virus kelenjar getah bening bawah tulang rahang yang

mengakibatkan kerusakan pada testis.

~ Sperma tidak bisa keluar dari penis karena terdapat jaringan parut bekas ulkus

pada saluran sperma yang bisa disebabkan oleh PMS.

~ Mengalami gangguan dalam berhubungan seks karena : tidak bisa ereksi,

ereksi kurang lama, terlalu cepat ejakulasi.

~ Menderita penyakit menahun seperti diabetes, tuberculosis, dan malaria yang

dapat mengganggu kesuburan.

· Pada Wanita

~ Menderita jaringan parut pada saluran tuba atau dalam uterus. Jaringan parut

tersebut dapat mengganggu perjalanan sperma dan mengganggu sel telur

yang telah dibuahi menempel pada uterus.

Jaringan parut dapat disebabkan :

- Infeksi PMS

- Aborsi yang tidak aman

- Pemasangan IUD nonseptik sehingga menimbulkan infeksi.

- Tindakan bedah pada vagina,uterus,tuba atau ovarium

~ Tidak terjadi ovulasi

Disebabkan karena gangguan hormon reproduksi.

~ Terdapat fibroid dalam uterus

Fibroid dapat mencegah konsepsi atau menyulitkan kelestarian kehamilan.

~ Penyakit menahun

Penyakit seperti : Diabetes, TBC, Malaria.

2) Faktor psikologis

· Gangguan emosial yang kronis seperti ketakutan dan merasa tidak mampu untuk menjadi seorang ibu.

· Meningkatnya supersensitifitas karena pengaruh penambahan umur sehingga menjadi paraniod dan menyebabkan infertilitas.

3) Faktor lingkungan

~ Polusi udara, air yang tercemar, bahan kimia yang dipakai pabrik dan pertanian.

~ Merokok, minuman beralkohol dan kopi kental.

~ Suhu tinggi pada testis dan penekanan yang terlalu ketat.

~ Obat-obatan

D. Masalah yang timbul akibat infertilitas

· Kehilangan kepercayaan diri pada pasangan suami istri karena menganggap diri tidak mampu mempunyai keturunan.

· Timbul konflik dalam rumahtangga disebabkan karena salah satu pasangan merasa kecewa terhadap pasangannya yang tidak bisa membuat keturunan sampai berakhir dengan perceraian.

· Masih ada pandangan masyarakat bahwa terjadinya infertilitas itu yang disalahkan adalah wanita, karena wanita baru bisa baru bisa diterima status warga masyarakat sepenuhnya apabila telah menjadi seorang ibu.

· Trauma dan kecewa terhadap diri sendiri karena merasa tidak sempurna sebagai wanita.

· Menimbulkan perasaan rendah diri dan kebuntuan dimasa-masa mendatang.

· Mengalihkan fungsi keibuan pada interes-interes lain seperti mengutamakan pada kegiatan erotik dan seksual.

· Mengabdikan diri pada satu ideologi atau satu interes emosional tertentu.

E. Usaha untuk mengatasi kemandulan

· Infertilitas adalah masalah bersama antara suami dan isteri, dianjurkan untuk kerjasama dalam pemeriksaan, pengobatan dan tindak lanjutnya.

· Melakukan hubungan seksual pada masa subur.

Masa subur biasanya terjadi 14 hari sebelum haid yang akan datang. Selain itu bisa dilihat dari perubahan lendir servik yang terliha jernih, basah seperti putih telur. Pada saat itulah diharapkan suami istri melakukan senggama secara teratur sejak hari ke- 7 sampai hari ke- 16 dari siklus haid. Apabila sperma normal dianjurkan untuk melakukan senggama selang satu hari.

· Posisi yang baik saat melakukan hubungan seksual

Yaitu dengan posisi terlentang atau berbaring miring, kemudian setelah selesai tetaplah berbaring selama 20 menit untuk membantu sperma masuk kedalam uterus dan mencapai sel telur.

· Obati setiap ada gangguan kesehatan

Apabila salah satu pihak mengalami kemungkinan terkena PMS, sebaiknya diobati secara tuntas.

· Biasakan selalu hidup sehat

Makan makanan yang sehat, hindari merokok, mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, kafein atau soda. Biasakan untuk olah raga teratur dan istirahat yang cukup.

· Lakukan pemeriksaan kesehatan bersama pasangan apabila dalam 1 tahun belum ada tanda-tanda kehamilan untuk mengetahui secara dini kemungkinan adanya kalainan.

F. Konseling infertilitas

· Bersikap baik dan simpatik terhadap pasangan yang mengalami infertilitas, karena mereka membutuhkan dukungan dan pengertian.

· Memberikan pengertian terhadap pasangan untuk menghargai satu sama lain. Jangan saling menyalahkan.

· Memberi support bahwa keadaan sepeti ini tidak hanya menimpa satu pasangan saja, berikan alternatif pengobatan lain yang masih bisa di usahakan.

· Membantu mencari alaternatif untuk mengadopsi anak.

· Membantu pasangan untuk mencari jalan lain supaya dekat dengan anak-anak dan bisa menerima kenyataan hidup.

REFERENSI

· Psikologi Wanita jilid 2, hal 79,110,114,117,118.
DR. Kartini Kartono.
· Ilmu Kebidanan , hal 496, 497, 500.
Sarwono Prawiroharjo.
· Ginekologi , hal 226-233.
Fakultas Kedokteran UNFAD.
· Kesehatan Reproduksi, hal 59-62
Dep. Kes RI & UNFPA
· Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan , hal 329-341.
A. Augat Burns, Yayasan Esensia medika.