Kamis, 13 Agustus 2009

INISIASI MENYUSU DINI

INISIASI MENYUSU DINI ( EARLY INITIATION )

A. Pendahuluan

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan sumber makanan tunggal untuk bayi sampai 6 bulan pertama kehidupannya. Pemberian ASI eksklusif merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus yang berkualitas di masa depan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui UNICEF pada tahun 1990 di Italia menyebutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, mampu mencegah 30.000 kematian bayi di Indonesia.

Di Indonesia, dukungan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif telah dilakukan berbagai upaya seperti Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI), Gerakan Masyarakat Peduli ASI dan kebijakan Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI). Tetapi dalam kenyataannya hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI pada I jam pertama kelahirannya dan 8% bayi mendapatkan ASI ekslusif 6 bulan (SDKI 2003-2004). Padahal sejak tahun 2000 pemerintah menargetkan pencapaian pemberian ASI eksklusif sebanyak 80%.

ASI penting untuk pertumbuhan, perkembangan kecerdasan dan daya tahan tubuh bayi secara optimal. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan atau makanan lain selama 6 bulan pertama kehidupan. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif harus diawali sejak segera setelah bayi dilahirkan dengan Inisiasi Menyusu Dini.

Inisiasi Menyusu Dini (Early Initiation) merupakan suatu cara yakni memberikan kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama kehidupannya, karena sentuhan bayi melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40 menit setelah lahir akan menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu untuk memproduksi hormon prolaktin dan memberikan rasa aman pada bayi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Inisiasi Menyusu Dini dapat mencegah 22% kematian neonatal dan meningkatkan 2-8 kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2007).

Mengacu pada hal ini Asosiasi ASI sedunia (WABA) menetapkan tema Pekan ASI Sedunia Tahun 2007 yaitu

Early initiation and exclusive breast feeding for six months can save more than one million babies”.

Inisiasi dini sebenarnya telah dilaksanakan di Indonesia mengacu pada kebijakan PP-ASI, salah satu diantaranya adalah membantu ibu menyususi bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan. Namun kenyataannya belum benar, sebab bayi baru lahir biasanya sudah dibungkus sebelum diletakan di dada ibunya, akibatnya tidak terjadi skin to skin contact, bayi bukan menyusu tetapi disusui oleh ibunya dan memaksakan bayi untuk menyusu sebelum siap untuk disusukan selanjutnya bayi dipisahkan dari ibunya (Elizabethtanti ,2007).

Pemahaman pentingnya pemberian ASI menjadi tangungjawab dari semua praktisi kesehatan untuk memberikan informasi yang benar dan seluas-luasnya. UNICEF dan pemerintah Indonesia telah mencanangkan inisiasi menyusu dini sebagai bagian dari upaya mengoptimalisasi pemberian ASI secara eksklusif. Sebagai bagian manajemen laktasi yang relatif baru, inisiasi menyusu dini harus disosialisasikan seacara benar dan luas, tidak hanya kepada kalangan tenaga medis tetapi juga masyarakat.

B. Pengertian

Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing Early Initiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibunya dalam I jam pertama kelahirannya (Roesli, 2007). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut dan dada ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact) merupakan pertunjukan yang menakjubkan. Bayi akan bereaksi dan akan berprilaku, dengan diberi rangsangan sentuhan oleh ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu dan menjangkau payudara.

Bayi memulai dengan menyentuh dan memijat payudara. Sentuhan lembut tangan bayi pertama kali di atas payudara ibu, akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan dimulainya pengeluaran air susu ibu serta menimbulkan perasaan kasih sayang pada bayi. Dilanjutkan dengan penciuman, emutan dan jilatan lidah bayi pada puting susu, akhirnya bayi akan meraih payudara dan meminumnya.

Cara cayi melakukan inisiasi menyusu dini ini disebut merangkak mencari parudara (The Breast Crawl) yang merupakan perilaku alami dalam menyusu yang menakjubkan (WBW, 2007). Menurut Gupta (2007) Inisiasi Menyusu Dini disebut sebagai tahap keempat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai 1 jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan dan tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dini dengan ibunya, menemukan putting susu dan mendapatkan asupan kolostrum sebelum ASI keluar.

Inisiasi dini sebenarnya telah dilaksanakan di Indonesia, tetapi pelaksanaannya belum tepat. Ada 4 kesalahan dalam pelaksanaan selama ini, pertama, bayi baru lahir biasanya sudah dibungkus sebelum diletakan di dada ibu akibatnya tidak terjadi kontak kulit. Kedua, bayi bukan menyusu melainkan disusui, berbeda antara menyusu sendiri dengan di susui. Ketiga, memaksakan bayi untuk menyusu sebelum dia siap untuk disusukan .Keempat bayi dipisahkan dari ibunya untuk di bawa ke ruang pemulihan untuk tindakan lanjutan (Roesli, 2008 ). Pada 1-2 jam pertama bayi lebih responsif dan sangat awas bahkan mudah melekat pada payudara (allert). Pada praktiknya, bayi baru lahir langsung dipisahkan dengan ibunya, sehingga setelah dia siap untuk menyusu, ibu tidak dapat meresponnya.

Pelaksanaan yang kurang tepat ini menyebabkan keberhasilan menyusui tidak optimal. Prinsip dasar Inisiasi Menyusu Dini adalah tanpa harus dibersihkan terlebih dahulu, bayi diletakan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis (Markum, 1991) sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi akan mencari payudara ibu dan mulai menyusu.

Hal ini merupakan peristiwa penting untuk kelangsungan hidup bayi. Meskipun banyak peneliti dan penulis menyatakan hal ini merupakan perilaku bayi yang normal, kita baru mengetahui sekarang bahwa pentingnya pemberian kesempatan menyusu dini memberikan pengalaman pada ibu dan bayi. Untuk pertama kali para peneliti menemukan pengaruh waktu pertama kali menyusu terhadap kematian bayi baru lahir dan kemampuan menyusu.

Pada tahun 1978, Sose dkk dari CIBA Foundation mendapatkan hasil penelitian yang menunjukan hubungan antara saat kontak pertama ibu-bayi terhadap lama menyusui. Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini dan terjadi kontak kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama di susui, selanjutnya penelitian yang sama dilakukan oleh Fika dan Syafiq tahun 2003 yang diterbitkan melalui Journal Kedokteran Trisakti menunjukan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif.

Pada tahun 1990 dr. Lennard Righard seorang dokter anak dari Departement of Pediatric Lund University Universitas Hospital Swedia dan bidan Margareta Alade, melakukan penelitian tehadap 72 pasang ibu-bayi yang dilahirkan dengan proses normal dan tindakan . Ketika lahir memiliki kemampuan untuk merangkak mendekati payudara ibunya dan menghisap putting. Dalam I jam pertama bayi langsung di tengkurapkan di atas perut dan dada ibu, umumnya berhasil menemukan payudara dan menghisapnya dalam waktu 50 menit setelah lahir tanpa bantuan dari siapapun sedangkan bayi yang langsung dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang , diukur dan dibersihkan, hasilnya 50% bayi tidak dapat menyusu sendiri. Berbeda dengan bayi yang dilahirkan dengan tindakan dan langsung dipisahkan dari ibunya maka tidak ada satu pun yang dapat menyusu sendiri.

Selanjutnya sekelompok Scientist dari Inggris pimpinan Dr. Karen Edemond yang tergabung dalam Departement for International Development melakukan penelitian di Ghana terhadap 10.946 bayi yang lahir antara Juli 2003 sampai Juni 2004 yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics Maret 2006 menyatakan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu dalam 1 jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu, dapat mencegah 22% kematian bayi dibawah usia 28 hari, sedangkan jika mulai menyusu saat bayi berusia di atas 2 jam dan di bawah 24 jam pertama, tinggal 16% kematian bayi di bawah 28 hari dapat di cegah (Roesli, 2008).

Hal ini menunjukan bahwa menunda permulaan menyusu dan kontak kulit dapat menyebabkan kesukaran dalam menyusui dan meningkatkan kematian bayi. Jam pertama bayi menemukan payudara ibunya adalah awal suatu life sustaining breastfeeding relationshif before mather and child. Satu jam pertama setelah bayi lahir merupakan kesempatan emas sebagai penentu berhasilnya bayi untuk menyusu pada ibunya, berhasilnya ibu untuk menyusui secara optimal dan mengurangi angka kematian bayi .

C. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

a. Meningkatkan refleks menyusu bayi secara optimal

Menyusu pada bayi baru lahir merupakan keterpaduan antara tiga refleks yaitu refleks mencari (Rooting refleks), refleks menghisap (Sucking refleks), refleks menelan (Swallowing refleks) dan bernafas. Gerakan menghisap berkaitan dengan syaraf otak nervus ke-5, ke-7 dan ke-12. Gerakan menelan berkaitan dengan nervus ke-9 dan ke-10. Gerakan tersebut salah satu upaya terpenting bagi individu untuk mempertahankan hidupnya. Pada masa gestasi 28 minggu gerakan ini sudah cukup sempurna, sehingga bayi dapat menerima makanan secara oral, namun melakukan gerakan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah usia gestasi 32-43 minggu, mampu untuk melakukan dalam waktu yang lama (Markum,1991).

Segera setelah lahir, bayi belum menunjukan kesiapan untuk menyusu. Menurut Gupta (2007) refleks menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir, sedangkan menurut Roesli (2007) bayi menunjukan kesiapan untuk mulai menyusu setelah 30-40 menit setelah lahir. Tanda-tanda kesiapan bayi untuk menyusu yaitu mengeluarkan suara kecil, menguap, meregang, adanya pergerakan mulut. Selanjutnya menggerakan tangan ke mulut, timbul refleks rooting, menggerakan kepala dan menangis sebagai isyarat menyusu dini. Dengan indra peraba, penghidu, penglihatan, pendengaran, refleks bayi baru lahir bisa menemukan dan menyentuh payudara tanpa bantuan. Hal ini dapat merevitalisasi pencarian bayi terhadap payudara (Varney, 2007).

Menurut hasil penelitian Dr. Lenard bayi baru lahir setelah dikeringkan tanpa dibersihkan terlebih dahulu, diletakan di dekat putting susu ibunya segera setelah lahir, memiliki respon menyusu lebih baik. Apabila dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti ditimbang, diukur atau dimandikan, refleks menyusu akan hilang 50%, apalagi setelah dilahirkan dilakukan tindakan dan dipisahkan, maka refleks menyusu akan hilang 100% (Roesli, 2007). Bayi yang tidak segera diberi kesempatan untuk menyusu refleksnya akan berkurang dengan cepat dan akan muncul kembali dalam kadar secukupnya dalam 40 jam kemudian (Gupta, 2007). Dengan inisiasi menyusu dini akan mencegah terlewatnya refleks menyusu dan meningkatkan refleks menyusu secara optimal.

b. Perkembangan Indra (sensory inputs)

Bayi baru lahir mempunyai kemampuan indra yang luar biasa, terdiri dari penciuman terhadap bau khas ibunya setelah melahirkan, penglihatan; karena bayi baru mengenal pola hitam putih, bayi akan mengenali putting dan wilayah areola ibunya karena warna gelapnya. Berikutnya adalah indra pengecap: meskipun bayi hanya mentolelir rasa manis pada periode segera setelah lahir, bayi mampu merasakan cairan amniotic yang melekat pada jari-jari tangannya, sehingga bayi pada saat lahir suka menjilati jarinya sendiri. Indra pendengaran bayi sudah berkembang sejak dalam kandungan, dan suara ibunya adalah suara yang paling dikenalinya. Terakhir, indra perasa dengan sentuhan; sentuhan kulit-ke-kulit antara bayi dengan ibunya adalah sensasi pertama yang memberi kehangatan dan rangsangan lainnya.

Perkembangan indra ini diatur oleh central component yaitu otak bayi, dimana otak bayi baru lahir sudah siap untuk segera mengeksplorasi lingkungannya dan lingkungan yang paling dikenalnya adalah tubuh ibunya (http://asipasti, 2008). Kemampuan ini memungkinkan bayi secara dini dapat mencari dan menemukan putting susu ibu, jika dibiarkan terlalu lama bayi akan kehilangan kemampuan ini (Masoara, 2002).

a. Menurunkan kejadian hipotermi, hipoglikemi dan asfiksia

(1) Menurunkan kejadian hipotermi

Luas permukaan tubuh bayi ± 3 kali luas permukaan tubuh orang dewasa. Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin dengan suhu 20-25° celcius, suhu kulit tubuh bayi akan turun 0,3° celcius, suhu tubuh bagian dalam turun 0,1° celcius / menit. Selama periode dini setelah bayi lahir, biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-3° celcius. Kehilangan panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evavorasi (Nelson, 2000)

Menurut penelitian Dr. Niels Bergman, kulit ibu berfungsi sebagai incubator, karena kulit ibu merupakan thermoregulator bagi bayi. Suhu kulit ibu 1° celcius lebih tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Apabila pada saat lahir bayi mengalami hipothermi, dengan terjadi skin to skin contact secara otomatis suhu kulit ibu akan meningkat 2° celcius. Sebaliknya apabila bayi mengalami hipethermi, suhu kulit ibu akan turun 1° celcius (Roesli, 2008). Ini berarti, dengan IMD resiko hipothermi pada bayi baru lahir yang dapat menimbulkan kematian dapat dikurangi (www.mediasehat.com, 2008).

Bayi baru lahir sebaiknya tidak dibersihkan, cukup hanya dikeringkan saja, karena akan menghilangkan vernik caseosa. yaitu lapisan lemak hasil produksi kelenjar sebum berfungsi sebagai pelindung. Lapisan ini akan terlepas dengan sendirinya. Membersihkan tubuh bayi dengan menggunakan sabun yang mengandung heksaklorofen akan mengakibatkan adanya vaskuolisasi di susunan saraf pusat bayi yang ditandai dengan adanya kejang pada bayi (Markum, 1991).

(2) Menurunkan kejadian asfiksia

Dengan inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang. Hal ini akan membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil (WBW, 2007).

(3) Menurunkan kejadian hipoglikemi

Inisiasi menyusu dini membuat bayi menjadi tenang dan frekwensi menangis kurang sehingga mengurangi pemakaian energi (WBW, 2007). Penelitian membuktikan bahwa bayi yang melakukan IMD memiliki tingkat gula darah yang lebih baik daripada bayi baru lahir yang dipisahkan dari ibunya (www. mediasehat.com, 2008)

b. Meningkatkan kekebalan tubuh bayi

(1) Bayi akan mendapatkan kolostrum (Liquid Gold) untuk minuman pertama yang merupakan hadiah kehidupan (The gift of live). Meskipun volumenya sedikit, tetapi sangat baik untuk bayi baru lahir.

(2) Kolostrum mengandung banyak zat kekebalan aktif, antibody dan banyak protein protective. Zat kekebalan yang diterima bayi pertama kali akan melawan banyak infeksi. Hal ini akan membantu bayi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

(3) Kolostrum mengandung faktor pertumbuhan akan membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan usus bayi dan mengefektifkan fungsinya (Roesli, 2008).

(4) Kolostrum kaya akan vitamin A yang akan membantu menjaga kesehatan mata dan mencegah infeksi.

(5) Kolostrum akan merangsang pergerakan usus sehingga meconium akan segera dibersihkan dari usus. Hal ini akan membantu mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan kuning atau jaundice (WBW, 2007).

(6) Melalui jilatan bayi pada saat mulai menyusu, bayi akan tercemar terlebih dahulu oleh bakteri ibu yang tidak berbahaya. Bakteri ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi sehingga dapat menyaingi bakteri yang ganas dari lingkungan sekitar (WBW, 2007).

c. Meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin

(1) Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada saat merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus untuk merangsang kontraksi uterus.

(2) Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan post partum.

(3) Oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan mencintai bayinya.

(4) Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara (WBW, 2007).

d. Memfasilitasi bonding attachment

(1) Bonding atau ikatan batin menunjukan perjalinan hubungan orang tua dan bayi pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan mengembangkan hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara mereka. Jam pertama merupakan saat peka dimana kontak pertama akan mempermudah jalinan batin.

(2) Sifat dan tingkah laku jalinan saling berhubungan yang tercipta antara ibu dan bayi sering berupa sentuhan halus ibu dengan ujung jarinya pada anggota gerak dan wajah bayi serta membelai dengan penuh kasih sayang. Sentuhan pada pipi akan membangkitkan respon berupa gerakan memalingkan wajah ke ibu untuk mengadakan kontak mata dan mengarah ke payudara disertai gerakan menyondol dan menjilat putting susu selanjutnya menghisap payudara. Kontak pertama ini harus berlangsung pada jam pertama setelah kelahirannya (Nelson, 2007).

(3) Bayi baru lahir matanya terbuka lebih lama daripada hari-hari selanjutnya, sehingga paling baik untuk memulai perlekatan dan kontak mata antara ibu dan bayi (Ladewig, 2006)

(4) Janin dalam kandungan akan merasakan suasana yang aman, nyaman, merasa dilindungi, merasa dicintai dan disayangi. Bagi bayi, kelahiran merupakan suatu trauma. Bayi harus pindah dari pelukan rahim yang hangat ke suatu ruangan tanpa batas gerak yang menakutkan serta jauh dari detak jantung ibu yang menenangkan. Bayi yang diberikan ASI dini akan sering berada dalam dekapan ibu yang hangat pada saat menyusui sehingga akan sering merasakan lagi keadaan yang menenangkan, menyenangkan, dicintai dan dilindungi seperti waktu dalam rahim. Bayi seperti ini akan tumbuh dalam suasana aman atau secure attachment. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi yang baik dan membentuk kepribadian yang percaya diri serta akan mudah bersosialisasi dengan lingkungannya.

(5) Ibu dan bapak akan merasa bahagia bertemu dengan bayi untuk pertama kalinya dimana mereka akan bersatu dalam satu rasa yaitu cinta. Hal ini sangat baik dilakukan pada 1-2 jam pertama, karena pada saat itu bayi dalam keadaan allert, setelah 2-3 jam bayi akan tidur lebih lama (WBW, 2007).

e. Meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif

(1) Inisiasi menyusu dini dalam menit pertama sampai satu jam pertama kehidupannya, dimulai dengan skin to skin contac, akan membantu ibu dan bayi menerima menyusui secara optimal (WBW, 2007). Menunda permulaan menyusu lebih dari satu jam menyebabkan kesukaran menyusui (Roesli, 2008)

(2) Inisiasi menyusu dini akan meningkatakan peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusu secara eksklusif (Gupta, 2007). Hal ini dibuktikan dengan beberapa penelitian, diantaranya penelitian yang dilakukan Sose dkk (1978) yang menyatakan bahwa menyusu dini disertai kontak kulit akan meningkatkan dua kali keberhasilan pemberian ASI. Penelitian terkini pada tahun 2003 yang dilakuka oleh Fikawati & Syafiq dari FK Trisakti tentang dampak kontak dini ibu-bayi terhadap lamanya menyusui. Hasil yang didapatkan pemberian ASI dini akan meningkatkan 2-8 kali lebih besar kemungkinan memberikan ASI eksklusif (Roesli, 2008). Sedangkan Cochrane menyatakan bahwa saat ini belum ada data statistik yang menyatakan fakta inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan lamanya waktu ibu menyusui dibandingkan ibu yang tidak menyusui dini (Renfraw and Lang, 1999). Tetapi bagaimanapun juga peningkatan hubungan antara ibu dan bayi segera setelah lahir yang di temukan saat ini akan menguntungkan (Mayes, 2004).

f. Mencapai tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

(1) Membantu mengurangi kemiskinan

Mulai menyusu dini dalam satu jam pertama akan meningkatkan ASI eksklusif dan lama menyusui sehingga akan memenuhi kebutuhan sampai usia 2 tahun, akan mengurangi pembiayaan untuk membeli susu formula sehingga akan mengurangi angka kemiskinan.

(2) Membantu mengurangi kelaparan

Inisiasi menyusu dini yang dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan diteruskan dengan menyusui hingga 2 tahun akan mencegah terjadinya malnutrisi . bagi anak usia 2 tahun, sebanyak 500 cc ASI ibunya mampu memenuhi kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A 45% dan vitamin C 95%. ASI masih memenuhi kebutuhan kalori 70% untuk bayi usia 6-8 bulan, 55% untuk bayi usia 9-11 bulan, dan 40% untuk bayi usia 12-23 bulan. Keadaan ini akan secara bermakna memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia 2 tahun. Dengan kata lain, pemberian ASI memabantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umum terjadi pada usia ini (Roesli, 2008).

(3) Mengurangi angka kematian anak

Saat ini sekitar 40% kematian balita terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini akan mengurangi 22% kematian bayi dibawah usia 28 hari. Pemberian ASI eksklusif akan mengurangi 13% kematian bayi dan memberikan makanan pendamping ASI (makanan keluarga) akan menurunkan 6% kematian anak. Dengan denilian kematian balita yang dapat dicegah melalui inisiasi menyusu dini, pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI sebesar 41% (Roesli, 2007).

D. Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tentang

Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini dalam satu jam setelah kelahiran merupakan tahap penting untuk mengurangi kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal. Menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan, satu pesan dan satu dukungan yaitu dimulai Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama kelahiran.

WHO / UNICEF merekomendasikan bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama kelahiran, menyusu secara eksklusif selama 6 bulan diteruskan dengan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Konfrensi tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup dan berkembang setelah persalinan. Wanita mempunyai hak untuk mengetahui dan menerima dukungan yang diperlukan untuk melakukan inisiasi menyusu dini yang sesuai.

WABA mengeluarkan beberapa kebijakan tentang inisiasi menyusu dini dalam Pekan ASI sedunia (World Breastfeeding Week) :

a. Menggerakan dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan sederhana yaitu beri kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama kehidupannya.

b. Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan berlanjut dengan menyusui untuk 6 bulan secara eksklusif .

c. Mendorong Mentri Kesehatan atau orang yang mempunyai kebijakan untuk menyatukan pendapat bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama adalah indikator penting untuk pencegahan kesehatan.

d. Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama untuk bayi dan memastikan mereka melakukan pada bayi mereka kesempatan yang baik ini.

e. Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali Rumah Sakit Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam penggabungan dan perluasan tentang inisiasi menyusu dini (WBW, 2007).

E. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

a. Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusu Dini

(1) Pertemuan manajemenn rumah sakit, dokter kebidanan, dokter anak, dokter anestesi, bidan, perawat bayi, petugas kamar operasi dan perawat nifas untuk menyosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi.

(2) Melatih tenaga kesehatan yerkait yang dapat menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk menolong inisiasi menyusu dini.

(3) Mengadakan pertemuan sedikitnya 2 kali antara tenaga kesehatan, klien dan keluarga dalam antenatal care untuk membahas tentang ASI, menyusui dan inisiasi menyusui dini.

(4) Di Rumah Sakit Ibu Sayang Bayi, inisiasi menyusu dini termasuk dalam langkah ke-4 dari 10 langkah keberhasilan menyusui (Roesli, 2008)

b. Pada Persalinan Normal

(1) Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang penatalaksanaan inisiasi menyusu dini sebelum persalinan.

(2) Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri yang tinggi, dan membutuhkan dukungan yang kuat dari penolong, sang suami dan keluarga, jadi akan membantu ibu apabila saat inisiasi menyusu dini suami atau keluarga mendampinginya.

(3) Obat-obatan kimiawi untuk mengurangi rasa nyeri sebaiknya di hindari, diganti dengan cara non-kimiawi misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing.

(4) Berikan suasana yang layak, nyaman dan penuh dukungan pada ibu saat proses persalinan

(5) Ibu yang menentukan posisi melahirkan, karena dia yang akan menjalaninya.

(6) Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi (kecuali kedua lengannya) tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi. Lengan bayi tidak perlu dikeringkan karena air ketuban yang menempel di lengan bayi mempunyai bau yang menyerupai ASI. Ini akan menjadi petunjuk bagi bayi untuk menemukan putting susu ibunya.

(7) Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin contact, selimuti keduanya dan andai memungkinkan dan dianggap perlu, beri si bayi topi. Posisi kontak kulit ini dipertahankan minimum 1 jam atau setelah menyusu awal selesai.

(8) Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke puting ibunya.

(9) Dukung dan bantu ibu serta keluarga untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu (pre-feeding behavior) yang dapat berlangsung beberapa menit sampai 1 jam bahkan lebih. Berikut ini 5 tahap perilaku bayi tersebut :

(a) Dalam 30 menit pertama istirahat sebentar dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage), menyesuaikan dengan lingkungan, sekali-kali melihat pada ibunya.

(b) Antara 30- 40 menit, mengeluarkan suara, memasukan tangan ke mulut dan gerakan menghisap. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu ibunya.

(c) Mengeluarkan air liurnya saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya.

(d) Bergerak ke arah payudara dengan kaki menekan ke arah perut ibu. Daerah areola biasanya menjadi sasaran, menjilat-jilat kulit ibu sampai ujung sternum, menghentak-hentakan kepala kepada ibu, menoleh ke kiri dan ke kanan. Menyentuh putting susu dengan tangannya.

(e) Menemukan putting susu, refleks mencari putting (rooting) melekat dengan mulut terbuka lebar. Biarkan bayi dalam posisi skin to skin contact sampai proses menyusu pertama selesai.

(10) Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap, setelah menyusu awal. Tunda prosedur yang invasif seperti suntikan vit K dan menetes mata bayi setelah inisiasi menyusu dini berhasil.

(11) Melakukan rawat gabung, karena ibu akan mudah merespon bayi. Apabila bayi dipisahkan dari ibunya yang terjadi kemudian ibu tidak bisa merespon bayinya dengan cepat, sehingga mempunyai potensi untuk diberikan susu formula. Jadi akan lebih membantu apabila bayi tetap bersama ibunya selama 24 jam dan selalu hindari makanan atau minuman pre-laktal (Roesli, 2007)

c. Pada persalinan dengan Operasi Sesar

Inisiasi menyusu dini secara standar tidak dapat dilakukan pada persalinan dengan opersi sesar, tetapi bila operasi dilakukan dengan menggunakan anestesi spinal atau epidural , ibu dapat segera merespon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan untuk dilakukan kontak kulit dan usaha menyusu pertama di kamar operasi. Jika menggunakan anestesi umum, kontak dapat terjasi di ruang pemulihan pada saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk akibat pengaruh anestesi. Ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit sementara menunggu ibu sadar. Berikut ini tatalaksanannya :

(1) Diperlukan tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan yang suportif.

(2) Usahakan suhu ruangan hangat (20-25°C). Sediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu. Bila perlu siapkan topi bayi.

(3) Pada anestesi spinal / epidural, ibu akan allert dan dapat merespon sedini mungkin.

(4) Pada anestesi umum kontak dapat dilakukan pada saat ibu mulai allert walaupun masih mengantuk.

(5) Ayah dapat melakukan kontak kulit dengan bayi sambil menunggu ibu responsif.

(6) Anjurkan untuk segera kontak kulit dengan bayi sesegera mungkin. Kontak kulit dapat dilakukan setelah bayi stabil dan ibu responsif.

(7) Bila kontak kulit ditunda, bungkus bayi sedemikian rupa sehingga mudah dibuka pada saat ibu sudah allert.

(8) Bantu bayi mulai menyusu pertama bila bayi dan ibu menunjukan kesiapan.

(9) Bantu ibu menemukan posisi yang nyaman walaupun ibu terlentang dan bayi tengkurap.

(10) Membantu ibu waktu bayi di rawat gabung selama 24 jam bersama ibu.

(11) Waktu perawatan ibu yang lama dapat dipergunakan untuk membantu memantapkan menyusui (Roesli, 2007)

F. Peran Bidan dalam Inisiasi Menyusu Dini

a. Sebelum persalinan (Tahap persiapan dan informasi)

(1) Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penatalaksanaan inisiasi menyusu dini

(2) Mengkaji kebersihan diri klien. Bila perlu anjurkan klien untuk membersihkan diri atau mandi terlebih dahulu.

(3) Mempersiapkan alat tambahan untuk pelaksanaan inisiasi menyusu dini yaitu 3 buah kain pernel yang lembut dan kering serta sebuah topi bayi.

(4) Menganjurkan agar klien mendapat dukungan dan pendamping selama proses persalinan dari suami atau keluarga.

(5) Membantu meningkatakan rasa percara diri klien

(6) Memberikan suasana yang layak dan nyaman untuk persalinan

(7) Memfasilitasi klien mengurangi rasa nyeri persalinan dengan mobilisasi dan relaksasi.

(8) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk melahirkan.

b. Proses persalinan (Tahap pelaksanaan)

(1) Membuka baju klien di bagian perut dan dada

(2) Menyimpan kain pernel yang lembut dan kering diatas perut ibu

(3) Setelah bayi lahir, simpan bayi di atas perut ibu.

(4) Bayi dikeringkan dari kepala hinga kaki dengan kain lembut dan kering (kecuali kedua lengannya, karena bau ketuban yang menempel pada lengan bayi akan memandu bayi untuk menemukan payudara ibu) sambil melakukan penilaian awal BBL.

(5) Melakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan talipusat.

(6) Melakukan kontak kulit dengan menengkurapkan bayi di dada ibu tanpa dibatasi alas.

(7) Selimuti ibu dan bayi, kalau perlu pakaikan topi di kepala bayi

(8) Menganjurkan ibu untuk memberikan sentuhan lembut pada punggung bayi.

(9) Menganjurkan pada suami atau keluarga untuk mendampingi ibu dan bayi.

(10) Memberikan dukungan secara sabar dan tidak tergesa-gesa

(11) Membantu menunjukkan pada ibu perilaku pre-feeding (Pre-feeding behavior) yang positif : istirahat dalam keadan siaga, memasukan tangan ke mulut, menghisap dan mengeluarkan air liur, bergerak kearah payudara dengan kaki menekan perut ibu, menjilat-jilat kulit ibu, menghentakan kepala, menoleh ke kanan dan ke kiri, menyentuh putting susu dengan tangannya, menemukan putting susu, menghisap dan mulai minum ASI.

(12) Membiarkan bayi menyusu awal sampai si bayi selesai menyusu pada ibunya dan selama ibu menginginkannya.

(13) Bidan melanjutkan asuhan persalinan

(WBW, 2007 – LINKAGES, 2007)

G. Penghambat dalam Inisiasi Menyusu Dini

Ada beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak kulit dan menyusu dini, diantarnya :

a. Bayi kedinginan – tidak benar

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan ibunya, karena suhu payudara ibu akan meningkat 0,5°C dalam 2 menit jika bayi diletakan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bregman (2005), suhu dada ibu yang melahirkan 1°C lebih tingi dari ibnu yang tidak melahirkan. Jika bayi kedinginan suhu dada ibu akan naik 2°C , sebaliknya bila bayi kepanasan suhu dada ibu akan turun 1°C.

b. Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk menyusui – tidak benar

Ibu jarang merasakan terlalu lelah untuk memeluk bayinya, karena pengeluaran hormone oksitosin saat terjadi kontak kulit sera saat bayi menyusu akan membantu menenangkan ibu setelah melahirkan.

c. Tenaga kesehatan kurang tersedia – tidak masalah

Pada saat bayi di dada ibu, libatkan ayah dan keluarga untuk menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada ibu, bayi akan menemukan sendiri payudara ibu dan penolong persalinan dapat melanjutkan asuhannya.

d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk – tidak masalah

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruangan pemulihan sambil meneruskan memberi kesempatan dini.

e. Ibu harus dijahit – tidak masalah

Kegiatan mencari payudara terjadi di area payudara, sementara yang dijahit bagian bawah tubuh ibu. Selain itu ada salah satu manfaat proses IMD yaitu dikeluarkannya hormon yang mengurangi rasa nyeri, sehingga rasa nyeri akibat tindakan penjahitan akan berkurang dan ibu merasa tenang dan nyaman.

f. Suntikan vitamin K, tetes mata untuk mencegar penyakit gonore harus segera diberikan setelah lahir – tidak benar

Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama 1 jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur – tidak benar

Menunda memandikan bayi berarti menghindari hilangnya panas badan bayi, selain itu kesempatan vernix meresap, melunakan dan melindungi kulit bayi lebih besar.

h. Bayi kurang siaga – tidak benar

Pada 1-2 jam pertama bayi sangat saiaga, setelah itu bayi akan tidur dalam waktu yang lama.

i. Kolostrum tidak keluar atau jumlahnya tidak memadai sehingga diperlukan tambahan cairan lain – tidak benar

Kolostrum cukup untuk makanan pertama bayi, karena bayi dilahirkan membawa cairan dan glukosa yang dapat digunakan pada saat itu.

j. Kolostrum tidak baik bahkan berbahaya – tidak benar

Kolostrum sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, karena berfungsi sebagai imunisasi pertama dan mengurangi jaundice pada bayi baru lahir serta membantu mematangkan dinding usus bayi (Roesli, 2008)

DAFTAR Pustaka

Anonim, 2008. Breast Crawl dan Manfaatnya. http://www. Mediaindonesia.com/mediasehat/penta.

Anonim, 2008. Metode Kangguru- IMD. http://asipasti.blogspot.com.

Elizabethtanti, 2007. Info tentang Early Latch On (Inisiasi Dini) buat Calon Ibu, http://prapti blogs.friendster com/my blog.

Gupta, Arun, 2007 . Breastfeeding : The 1st Hour Save ONE Million Babies. Gold 07 Global online Lactation Discition, www.worldbreastfeeding.org.

Hellen Varney, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan EGC edisi 4 Vol 2, EGC.

Henderson, Chris 2004. Mayes’ midwiferry. A Texbook For Midwives 13th Edition. Bailliere Tindall.

Hidayat, Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika.

LINKAGES, 2007. Melahirkan, Memulai Pemberian ASI dan Tujuh Hari Pertama Setelah Melahirkan. HSP dan UNSAID.

Markum, AH, 1991. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

Masoara, Sientje MCN, 2002. Pelatihan Manajemen Laktasi, Perkumpulan Perinatologi Indonesia.

Nelson, 2007. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 . Buku Kedokteran EGC cetak ke-1 , Brehman.

Patricia W Ladewig, 2006. Asuhan Keperawatan Ibu – BBL Edisi 5 , EGC.

Roesli, Utami, 2007. Inisiasi Menyusu Dini. www. selasi org.

Roesli, Utami, 2007. Fakta Terkini tentang Inisiasi Menyusu Dini, hand out Workshop Inisiasi menyusu Dini Mencegah 22% Kematian Neonatal, dipresentasikan di Hotel Savoy Homan Bidakara Bandung tgl 6 November 2007, HSP.

Roesli, Utami, 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif, Pustaka Bunda, Jakarta.

Sinusas, Keith MD, 2007. Initial Management of Brestfeeding, Middlesex

Varney, hellen, 2007. Varney’s Midwiferry 3rd edition. New Have, Connecticut.

WABA, 2007. The 1st Hoer Save ONE Million Babies, Action Folder. World Breastfeeding Week, www.waba.org.

1 komentar:

  1. Dari semua pendukungmu di PT. Alam Indah Indonesia: Semoga sukses selalu

    BalasHapus