A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER
- Struktur Anatomi Sistem Kardiovaskuler
a.
Jantung
Jantung adalah organ berupa otot berbentuk
kerucut, berongga, basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apeks nya miring ke
sebelah kiri. Beratnya sekitar 250 – 300 gram. Jantung berada di dalam torax,
antara kedua paru-paru dan di belakang sternum. Kedudukan yang tepat dapat di
gambarkan pada kulit dada. Sebuah garis yang ditarik dari kosta ke-3 kanan, 2
cm dari sternum, ke atas kosta ke-2 kiri, 1 cm dari sternum menunjukan
kedudukan basis jantung tempat pembuluh darah masuk dan keluar. Tititk sebelah
kiri antara interkosta ke-5 dan ke-6 atau di dalam ruang interkosta ke-5 kiri 4
cm dari garis medial menunjukan kedudukan apeks jantung, yang merupakan ujung
tajam dari ventrikel. Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus terdiri
atas tiga lapis : pericardium (pembungkus luar ), mio kardium (lapisan otot
tengah) dan endo kardium (batas dalam). Jantung terbagi oleh sebuah septum
menjadi dua belah kiri dan kanan. Sesudah lahir tidak ada hubungan antara kedua
belahan ini. Setiap belahan terbagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium
yang bawah disebut ventrikel. Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan
terdapat katup trikuspidalis. Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat
katup bikuspidalis (mitral). Kedua katup ini disebut katup Atrio-ventrikuler. Antara
ventrikel kiri dengan aorta terdapat katup semilunar aorta. Antara ventrikel
kanan dengan arteri pulmonalis terdapat katup semilunar pulmonalis.
b.
Pembuluh darah
·
Arteri. Merupakan pembuluh darah yang keluar
dari jantung yang membawa darah berisi zat-zat pengatur yang di kirim ke
sel-sel seluruh tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari
pentrikel kiri disebut aorta. Arteri mempunyai dinding yang kuat dan tebal
tetapi elastis.
·
Vena
Merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah
dari jaringan ke jantung. Vena mempunyai dinding lebih tipis, memiliki
katup-katup yang berguna untuk mencegah agar darah tidak kembali.
·
Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang sangat halus,
berfungsi sebagai alat penghubung antara arteri dan vena serta tempat
terjadinya pertukaran zat-zat.
- Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
a.
Sirkulasi
Sistemik (peredaran darah besar). Adalah aliran darah melalui ventrikel
kiri, arteri, kapiler, kembali ke atrium kanan melalui vena. Darah meninggalkan
ventrikel kiri melalui aorta. Aorta bercabang menjadi arteri lebih kecil yang
mengantarkan darah ke berbagai bagian tubuh dimana berlangsung pertukaran zat
antara plasma dan jaringan interstiil di dalam kapiler. Kemudian
kapiler-kapiler ini bergabung membentuk venula kemudian bersatu menjadi vena.
Venakapa inferior mengumpulkan dari badan dan anggota gerak bawah, dan venakapa
superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua
pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan.
b.
Sirkulasi
Pulmonal (peredaran darah kecil). Adalah aliran darah dari
ventrikel kanan, masuk ke dalam paru-paru dan kembali ke atrium kiri. Darah
dari vena kappa superior dan inferior masuk ke atrium kanan kemudian masuk ke
pentrikel kanan yang berkontraksi dan memompakan darah ke arteri pulmonalis
yang bercabang dua untuk mengantarkan darah nya ke paru-paru kiri dan kanan.
Didalam jaringan paru-paru terjadi pertukaran untuk mengambil O2 dan melepas
CO2. Kemudian melalui vena pulmonalis darah dituangkan ke atrium kiri kemudian
mengalir masuk ke dalam ventrikel kiri. Ventrikel kiri berkontraksi dan darah
dipompa masuk ke aorta dan mulai sirkulasi sistemik.
c.
Mekanisme
Kerja Jantung. Jantung berfungsi sebagai pompa, pompa sebelah kanan terdiri dari atrium
kanan dan ventrikel kanan yang memompa darah yang belum teroksigenasi yang
berasal dari pembuluh darah vena ke dalam sirkulasi pulmonal, serta pompa
sebelah kiri terdiri dari atrium kiri dan ventrikel kiri yang memompa darah
yang sudah teroksigenasi ke sirkulasi sistemik. Setiap siklus denyut jantung
terdiri dari kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) kedua atrium dan
ventrikel secara berurutan dan teratur. Dengan adanya sistol dan diastole
disertai membuka dan menutupnya katup menjadikan jantung bekerja sebagai suatu
pompa. Penutupan katup-katup jantung menghasilkan bunyi. Bunyi jantung pertam
(S1) timbul akibat penutupan katup trikuspidalis dan mitral. Bunyinya lebih
keras diodeskripsikan sebagai bunyi “Lub”. Bunyi jantung ke-2 timbul akibat
penutupan katu semilunar yang dideskripsikan sebagai “Dub”. Jarak kedua bunyi
adalah 1 detik atau kurang.
B. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA KEHAMILAN
Dalam kehamilan terjadi
perubahan pada sistem kardiovaskuler
yang merupakan penyesuaian maternal secara anatomis dan fisiologis. Adaptasi
tersebut untuk melindungi pungsi fisiologi normal karena peningkatan hormon tubuh saat
kehamilan ( Manuaba,1998), kebutuhan janin akan oksigen yang meningkat 10-20 %
(Ben-Zion,1994) dan kebutuhan metabolic selama kehamilan, menjadikan bertambah
banyaknya darah yang beredar sehingga jantung harus bekerja lebih berat.
Perubahan tersebut terutama disebabkan :
·
Hipervolemia yaitu peningkatan
volume plasma sebesar 22 %, mulai kehamilan 10 minggu sampai puncaknya pada
32-34 minggu, selanjutnya menetap selama triwulan terakhir (Hanifa, 1994),
mulai kehamilan 8 minggu dan puncaknya 28-32 minggu (Muchtar,1994). Peningkatan
volume darar sebesar 20-100% dipengaruhi oleh beret badan, berat hasil
konsepsi, dan gizi ibu (Ben-Zion,1994). Hipervolemia disebabkan antara lain
oleh retensi garam dan air karena perubahan fungsi ginjal (Ben-Zion,1994).
Hipervolemia bertujuan untuk :
-
Membantu filtrasi ginjal yang
meningkat
-
Mengurangi jumlah pengosongan
volume rata-rata selama perdarahan pada persalinan dan nifas
-
Membantu penyaluran oksigen
yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan janin.
·
Pembesaran uterus gravidus
mendorong diafragma sehingga posisi jantung terangkat ke atas dan berotasi ke
depan dan ke kiri, pembuluh darah besar di sekitar jantung mengalami lekukan
dan putaran. Impuls pada apeks, point of maximum impuls (PMI) bergeser ke atas
dan lateral sekitar 1-1,5 cm. Perubahan posisi dan ukuran jantung serta
hipervolemia menimbuklan perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama
hamil. Bunyi S1 dan S2 lebih jelas terdengar, S3 jelas terdengar setelah
kehamilan 20 minggu. Selain itu murmur ejeksi sistolik tingkat II dapat
terdengar di atas daerah pulmonal (Bobak,2005).
Perubahan tersebut mengakibatkan :
·
Terjadi haemodilusi yaitu
pengenceran darah yang mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu
(Hanifa,1994) atau minggu ke 28-32 (Muchtar,1998)
·
Peningkatan Cardiac Output
hingga 40 % yang terjadi pada awal kehamilan dan puncaknya minggu ke 20-24
(Varney,1997). 30-50% pada kehamilan 32 minggu, menurun sampai 20% pada minggu
ke-40 (Bobak,2005). Cardiac Output = denyut jantung X stroke volume.
Peningkatan ini merupakan respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen
jaringan (nilai normalnya 5-5,5L/menit). Hal ini menyebabkan meningkatnya
frekwensi denyut jantung dan nadi mencapai
88x/menit pada kehamilan 34-36 minggu (Hanifa,1994), peningkatan 15
denyutan/menit (Ben-Zion,1994), peningkatan 10 denyutan/menit sehingga selama hamil terjadi peningkatan
sebanyak 41.172.000 denyutan (Manuaba,1998).
·
Pada kehamilan lanjut ditemukan
pergeseran pericardium ke kiri dan sering terdengar bising sistolok di daerah
apeks dan katup pulmonal (Hanifa,1994).
Jantung yang normal dapat
beradaptasi dengan perubahan tersebut, akan tetapi apabila seorang ibu hamil
memiliki sejarah penyakit jantung, peningkatan Cardiac output ini akan
meningkatkan resiko wanita hamil mengalami Decompensatio Cordis (Gagal
Jantung).
Pada saat melakukan ANC penting
untuk mengetahui gejala dan tanda kelainan jantung, karena itu bidan harus
mewaspadai dan mengenali gejala dini Decompensatio Cordis. Puncak keadaan
Decompensatio Cordis itu akan dijumpai pada waktu (Manuaba, 1998) :
·
Puncak Haemodilusi darah minggu
ke 28-32.
·
Pada saat inpartu apabila ibu
hamil mengerahkan tenaga untuk mengedan.
·
Pada saat plasenta lahir,
anastomosis arteri – pena hilang dan darah yang seharusnya masuk ke ruang inter
pilus sekarang darah kembali ke peredaran darah umum dalam jumlah besar.
·
Pada saat Lactasi.
·
Pada saat terjadi perdaraah
post partum yang memerlukan kekuatan ekstra jantung untuk melakukan konpensasi.
·
Pada saat terjadi infeksi post
partum.
Cardiac output tergantung pada
posisi ibu dan akan menurun pada saat posisi terlentang. Pada saat terlentang
uterus gravidus menekan vena kava inferior, mengurangi aliran balik vena ke
jantung sehingga menurunkan Cardiac output. Kehamilan penurunan cardiac output
akibat posisi terlentang mengakibatkan 1 – 10% ibu hamil mengalami Supine
Hipotensi Syindrom yaitu penurunan tekanan darah disertai gejala seperti
pusing, mual, rasa seperti akan pingsan
C. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER DALAM PERSALINAN
Pada saat persalinan kala1 curah
jantung meningkat 20 % dan lebih besar
pada kala II, 50% paling umum terjadi saat kontraksi disebabkan adanya usaha
ekspulsip (Ban-zion,1994). Perubahan kerja jantung dalam persalinan disebabkan
karena his persalinan usaha ekspulsip, pelepasan plasenta yang menyebabkan
terhentinya peredaran darah dari plasenta dan kembali kepada peredaran darah
umum (1998). Perubahan selama kontraksi yang ditandai dengan increnetr,
decremen merefleksikan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan
(Varney, 1997). Peningkatan metabolismenya ini dikarenakan kecemasan dan
aktifitas otot skelet. Peningkatan aktifitas direpleksikan dengan peningkatan
suhu tubuh, denyut jantubf, respirasi cardiac output dan kehilangan cairan.
Kompensasinya adalah tekanan darah meningkat 10-20 mmhg dan peningkatan nadi.
Setelah kontraksi sistol kembali ke level semula.
D. PENYAKIT JANTUNG DALAM
KEHAMILAN
1. Definisi
Penyakit jantung dalam kehamilan adalah kelainan kardiovaskuler bawaan
atau diperoleh secara organic maupun fungsional yang di jumpai pada wanita
hamil, dengan frekwensi 1-4% (Hanifa,1994)
2.
Pathofisiologi
Setiap kehamilan mempengaruhi sistem
kardiovaskuler ibu. Hal ini berlangsung selama masa hamil dan berlanjut sampai
beberapa minggu setelah kelahiran bayi. Jantung normal dapat mengkompensasi
peningkatan beban kerja jantung sehingga kehamilan dan persalinan umumnya dapat
ditoleransi dengan baik. Apabila perubahan kardiovaskuler tidak ditoleransi
dengan baik, kegagalan jantung dapat terjadi pada beberapa minggu terakhir
kehamilan, selama proses persalinan, atau selama periode pascanatal
(Cunningham,1993). Gangguan jantung dalam derajat tertentu mempengaruhi 0,5%-3%
wanita hamil (McKeon,Perin,1989). Peningkatan output jantung membuat
peningkatan resiko pada wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung mengalami
dekompentatio cordis. Wanita yang memasuki masa kehamilan dengan penyakit
jantung derajat kelas 1, menjadi kelas 2 saat kehamilan dan persalinan
(Varney,1997). Penyakit jantung merupakan penyebab utama mortalitas maternal
bukan obstetric. Penyakit jantung merupakan penyebab keempat semua kematian
ibu, Angka mortalitas mencapai 37% pada wanita hamil dengan miokard infark
(Clark,1991). Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling
mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung, dan penyakit
jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Klasifikasi penyakit jantung organik menurut
New York Heart Asosiation :
·
Kelas 1 Tidak berbahaya, aktifitas fisik tidak
terbatas, tidak ada gejala pada keadaan biasa dan tidak ada angina pectoris
·
Kelas 2 Agak berbahaya, aktifitas fisik agak terbatas,
waktu istirahat tidak ada gejala, kegiatan fisik bias menimbilkan gejala
insufisiensi jantung dengan gejala lelah, palpitasi, sesak, angina pectoris,
oedema tangan/tungkai
·
Kelas 3 Berbahaya, aktifitas fisik terbatas, waktu
istirahat tidak ada gejala, aktifitas ringan menimbulkan keluhan insufisiensi
jantung
·
Kelas 4 Sangat berbahaya, tidak mampu melakukan
aktifitas fisik dengan baik, waktu istirahat dapat menimbulkan keluhan
insifisiensi jantung
Katagori penyakit jantung akibat
perubahan volume darah (Hanifa,1994):
·
Oligosistemik, hipoplasmik,
hipovolemia
Ditemukan
pada penderita dengan stenosis katup, perbaikan dengan transfusi sel darah
merah
·
Polisistemik, hipoplasmik,
hipervolemia
Ditemukan
pada penyakit jantung bawaan di mana terjadi campuran darah dari arteri dan
vena
·
Polisistemik dan
normoplasmik/hiperplasmik hipovolemik
Ditemukan
pada penyakit jantung bawaan, terjadi campuran darah arteri dan vena yang hebat
seperti pada defek septum, tetralogi fallot, patensi duktus arteriosus, diatasi
dengan plebotomi untuk mengurangi volume darah
Efek penyakit jantung terhadap janin :
·
Hipoksemia pada ibu terutama dengan kelainan
jantung disertai gejala
sianosis yang dapat
menyebabkan IUFD, IUGR, aspiksi neonatorum ,
kematian neonatus,
partus preterm, dan BBLR.
·
Ibu dengan kelainan jantung congenital
mempunyai resiko 2-4% melahirkan
bayi dengan kelainan
jantung (Seller,1993)
3. Etiologi
1) Perubahan fisiologis dalam
kehamilan yang memberatkan dan memjadi masalah bagi jantung
2) Jantung rematik dalam bentuk
Stenosis Mitral.
Angka kejadian 90%
(M.Tobing,2005). Penyakit jantung rematik adalah penyakit autoimun yang di
dahului oleh acute rematik fever, disebabkan oleh kuman streptococcus
haemolitikus yang umumnya menyerang oropharing, nasopharing, dan kulit. Setelah
2 minggu dapat timbul demam rematik yang didahului dengan gejala suhu
subfebris, LED meningkat, terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifat dan
tempatnya. Stenosis mitral merupakan manipestasi terbesar dari penyakit
jantung rematik dalam kehamilan. Pada stenosis mitral terjadi peningkatan
tekanan pada atrium kiri diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler di paru-paru.
Hal ini menyebabkan meningkatnya resiko oedema paru, biasanya tampak mulai
kehamilan 20 minggu dan semakin berat pada persalinan.Peningkatan frekwensi
jantung akan meningkatakan waktu diastolic untuk mengalirkan darah melalui
katup mitral, sehingga di perlukan peningkatan tekanan pada atrium kiri.
Komplikasi yang penting dari stenosis mitral adalah oedema paru dan
decompetatio cordis.
3) Kelainan jantung congenital
aGolongan Sianosis
-
Tetralogi Fallot
Yaitu
kelainan defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, over riding aortic dan
hipertropi ventrikel kanan
-
Eisenmenger
Yaitu
kelainan berupa VSD, Hipertropi ventrikel kanan, over riding aortic, dilatasi
arteri pulmonal dan resistensi pembuluh darak pulminal meningkat
b. Golongan Asianosis
-
Patent Ductus Arteriosus (PDA)
adalah keadaan dimana masih tetap ada hubungan aorta dengan arteri pulmonalis
-
Atrial Septal Defek (ASD)
adalah keadaan dimana foramen ovale tetap terbuka
-
Ventrikel Septal Defek (VSD)
adalan keadaan dimana penutupan sekat
antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna
-
Koarktasio Aorta adalah
penyempitan setempat aorta
4) Penyakit otot jantung
-
Myocarditis yaitu infeksi
karena virus yang berhubungan dengan kekurangan gizi
-
Endocarditis
(Hanifa,1994 &
M.Tobing,2005,Seller,1993)
4. Faktor Predisposisi
· Aktifitas fisik
Aktifitas fisik Ibu hamil dengan cadangan
jantung terbatas, harus
mengkompensasi beban kehamilan menyebabkan
gagal jantung
· Infeksi
Infeksi meningkatkan curah jantunf dan
memjadikan pemberat bagi kerja
jantung
· Anemia
Ibu hamil dengan
anemia sel sabit dan penyakit sel sabit haemoglobin C dapat memperberat
penyakit jantung
· Tirotoksikosis
· Obesitas
Dengan peningkatan masa tubuh maka beaban
jantung menjadi lebih besar
· Hipertensi
· Aritmia
Kerusakan struktur jantung, maka
fibrilasi, tachikardi atau pluter atrium
dapat mencetuskan gagal jantung
Ibu hamil dengan riwayat penyakit jantung
(Ben-Zion,1994)
·
Puncak hipervolemia pada
kehamilan 32-36 minggu
·
Partus kala II apabila
mengerahkan tenaga untuk mengedan
·
Masa pos partum karena dengan
lahirnya plasenta anastomisis arteri-vena hilang dan darah yang seharusnya
masuk ke daln ruang intervilus sekarang masuk ke peredaran darah sistemik
·
Peningkatan usia penderita
dengan penyakit jantung hipertensi, superimposed preeklampsia atau eklempsia
·
Aritmia jantung atau hipertropi
ventrikel kiri
·
Riwayat Dekompensatio cordis
·
Anemia(Hanifa,1994)
·
Infeksi pernapasan
·
Demam jantung
·
Aktifitas yang berlebihan
·
Emosi
·
Hipertensi
·
Hipertensi gestasional dengan
proteinuri (Seller,1993)
5. Komplikasi
· Dekompensatio kordis yang
mengakibatkan kematian
·
Abortus, persalinan preterm dan
BBLR karena ibu menderita hipoksia dan sianosis
·
Kematian perinatal
·
Tumbuh kembang janin menjadi
terlambat secara intelegensi dan fisik(Manuaba,1998)
· Hipoksia dan gawat janin dalam
persalinan
· Endocarditis bacterial
(Hanifa,1994)
·
Gagal jantung kongestif
·
Oedema adan emboli paru
·
Ruptur aorta (Ben-Zion,1994)
·
25 % kematian terjadi dalam 48
jam pertama setelah persalinan
·
75 % kematian akibat Kegagalan
jantung, oedema paru, endokarditis, demam akut rematik (Seller,1993)
6. Tanda dan gejala
· Riwayat penyakit
-
Demam rematik
-
Operasi jantung/ gagal jantung
-
Aktifitas yang tidak dapat
ditoleransi
-
Sesak napas
-
Nyeri dada
·
Pemeriksaan fisik
-
Desiran kontinu pada jantung
-
Disritmia
-
Pembesaran jantung
-
Ketegangan otot jantung yang
berlangsung lama
-
Clubing pada jari tangan dan
jari kaki
-
Sianosis
·
Pemeriksaan Penunjang
-
EKG
-
Thorak Photo
-
Echocardiografi Varney,1997)
·
Batuk napas pendek dan cepat
·
Ronchi paru
·
Bengkak pada tungkai
·
Apembesaran hepar
·
Penonjolan vena jugolaris
·
Ibu hamil dengan anemia
didapatkan pucat pada conjungtiva, telapak tangan, dan kuku serta lethargi dan
kelelahan
·
Pada stadium lanjut didapatkan
gejala gagal jantung :
-
Murmur sistolik besar dan keras
-
Murmur diastolic, presistolik
atau kontinui
-
Pembesaran jantung
-
Aritmia
-
Sianosis (MNH,2002)
·
Cepat lelah
·
Jantung berdebar
·
Sesak napas dan sianosis
·
Oedem tungkai
·
Bertambah besar rahim yang
tidak sesuai dengan usia kehamilan (Manuaba,1994)
7. Penegakan Diagnosa
4 kriteria diagnosis penyakit jantung :
·
Bising diastolic, presistolik,
atau bising jantung terus menerus
·
Pembesaran jantung
( Dua tanda
diatas merupakan tanda khas jantung rematik)
·
Bising jantung yang nyaring
terutama disertai Thrill (deburan)
·
Aritmia yang berat (Burwer
& Met Calfe)
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan ibu hamil dengan
penyakit jantung :
-
Mencegah kegagalan jantung
kongestif
-
Menilai kebutuhan perawatan dan
pencegahan pada bakteri endocarditis
-
Menyiapkan pasien selama
persalinan
-
Menyiapkan perawatan yang
maksimal selama kehamilan, persalinan dan nifas
-
Mengembalikan keadaan ibu
mencapai kelas minimal gangguan jantung sebelum hamil (Seller,1993)
Pada Kehamilan
a. Deteksi dini
·
Konseling pre konsepsi dengan :
-
Konseling pra hamil untuk
deteksi penyakit jantung, kolaborasi dengan kardiolog, karena apabila terjadi
kehamilan akan membawa resiko
-
Deteksi didi keadaan yang
menunjukan kondisi yang berhubungan dengan penyakit jantung meliputi :
cianosis, endokarditis, tromboemboli, fibrillation dan kegagalan hati
-
Memperhatikan resiko penyakit
jantung, kelainan jantung kelas 3 & 4 sebaiknya tidak hamil dan dapat
memilih cara kontrasepsi AKDR atau kontap
-
Kolaborasi dengan dokter
spesialis kebidanan apabila di temukan ibu hamil dengan obesitas, anemia, dan
riwayat kebiasaan merokok (Seller,1993)
·
Mewaspadai gejala gagal jantung
pada puncak out put jantung usia kehamilan 20-24 minggu (Varney,1997),usia kehamilan
32-36 minggu (R.Muchtar,1998)
·
Ibu hamil dengan gejala
penyakit jantung diklasifikasikan kelasnya berdasarkan keluhan dan pemeriksaan
untuk menentukan tindak lanjut
·
Apabila ditemukan ibu hamil
dengan penyakit jantung kelas 3 & 4
usia kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan rujukan kepada dokter
spesialis kebidanan untuk penanganan dalam memperimbangkan dilakukan abortus therapeutikus (Hanifa,1994)
atau kehamilan diteruskan dengan pemantauan ketat dari Kardiolog.
b. Penanganan awal
·
Konseling tentang keadaan
kehamilan dengan penyakit jantung mencakup tanda dan gejala, komplikasi dan
tindakan yang harus dilakukan termasuk mendatangi fasilitas kesehatan
·
Kolaborasi , konsultasi dan perawatan dengan Gynekolog dan Kardiolog sedini mungkin
·
Menganjurkan ANC dilakukan 2
minggu sekali sampai usia kehamilan <28 minggu, 1 minggu sekali setelah usia
kehamilan 28 minggu (R.Muchtar,1998)
·
Pembatasan aktifitas fisik
·
Tidur cukup 8-10 jam, tidur
siang 1-2 jam dan istirahat baring minimal ½ jam setiap selesai makan
·
Nutrisi cukup gizi, tinggi
protein, rendah garam dan membatasi pemasukan cairan (Hanifa,1994). Hindari
penimbunan lemak dan cairan. Kolaborasi dengan ahli gizi
·
Mengatasi kelebihan berat badan
·
Mengatasi anemia
·
Menghindari rokok dan obat
narkotika
·
Lingkungan rumah baik fisik dan
psikologi yang menunjang
·
Olag raga ringan sesuai dengan
kondisi dan kelas penyakit jantung yang di derita (Seller,1993)
·
Menghindari infeksi jalan pernapasan
bagian atas, hindari kontak dengan penderita infeksi jalan napas
·
Kenali tanda dini dekompensatio
cordis yaitu batuk darah, ronchi basah dan dypsnoe. Menurut Mackanzie tanda
awal gagal jantung adalah terdengan ronchi tetap didasar paru dan tidak hilang
setelah napas dalam 2-3 kali
·
Sebaiknya anjurkan pasen masuk
rumah sakit 2 minggu sebelum persalinan untuk istirahat (M.Tobing,2005)
c. Penanganan lanjut
· Kolaborasi dengan Gynekolog dan
Kardiolog, dilakukan penanganan di
rumah sakit.
·
Tirah baring total d Rumah
sakit untuk mengurangi beban jantung,
posisi tidur semi fowler
·
Sedasi dengan morfhin 10-15 mg
untuk membantu menenangkan kecemasan dan agitasi, karena istiraahat merupakan
aspek penting bagi penderita jantung
·
Dilakukan pemeriksaan EKG,
Thorak photo dan Ekhokardiogarafi
·
Setelah kehamilan 32 minggu
dilakukan pemeriksaan NST dan USG untuk memantau keadaan janin
·
Pengurangan volume darah untuk
diuresis dengan Furosemid40 mg iv,
menghasilkan diuresis yang cepat 5-15 menit, maksimal 1-2 jam. Diberikan hanya
pada keadaan yang mengancam jiwa karena diindikasikan mempunyai efeksamping
abnormalitas pada janin.
·
Digitalis sangat bermanfaat
untuk memperlambat denyut venrtikel
·
Cairan dan natrium dibatasi
·
Observasi ketat di rumah
sakit sampai melahirkan
·
Apabila ibu hamil dengan
penyakit jantung kelas 3 & 4 dianjurkan untuk persalinan secara Sectio
Caesaria (Ben-Zion,1994)
·
Teminasi kehamilan dilakukan
apabila terjadi suatu keadaan hipertensi yang berhubungan dengan paru-paru,
einseimer sindrom yaitu keadaan hipertensi yang dihubungkan dengan kelainan
septum sehingga darah yang kurang Oksigen masuk ke paru-paru, cianotik yang
kronis, dan Tetralogi Fallot (Seller,1993)
· Penyakit jantung kelas 1 tidak
perlu tambahan therapy
·
Penyakit jantung kelas 2 perlu
mengurangi kerja fisik terutama 28-30 minggu usia kehamilan
·
Penyakit jantung kelas 3 perlu
therapy digitalis dan dirawat di rumah sakit sejak usia kehamilan 28-30 minggu
·
Penyakit jantung kelas 4
dirawat di Rumah sakit dan therapy dari Kardiolog (Mochtar,1998)
Pada persalinan
a. Kala 1
· Penanganan dilakukan oleh
Gynekokog, kolaborasi dengan Kardiolog
·
Di ruang bersalin disiapkan O2,
alat resusitasi, monitor EKG, Morfhin dan
diuretikum
·
Penderita jantung kelas 1 &
2 dilakukan persalinan pervaginam
kerjasama dengan kardiolog dengan pengawasan ketat. Dengan partus pervaginan angka
mortalitas dan morbiditas lebih kecil (Hanifa,1994)
·
Membuat daptar his, nadi,
resfirasi, tekanan darah, dicatat setiap 15 menit pada kala 1 dan setiap 10
menit pada kala 2 & 3 (R.Muchtar,1998). Tanda bahaya bila nadi > 115 dan
resfirasi > 28 (M.Tobing,1005)
·
Bila ada tanda Dekompensatio
Cordis obati dengan digitalis
·
Diberikan antibiotik untuk
menjauhi infeksi (M.Tobing,2005)
·
Pengurang rasa nyeri yang
adekuat dapat mengurangi peningkatan curah jantung dan tachikardi
b. Kala 2
·
Pimpin persalinan maksimal 15
menit. Bila dalam 15 menit belum lahir dilakukan ekstraksi forsef atau vaccum
dengan anestesi local, posisi kepala dan dada ditinggikan (M.Tobing,2005)
·
Bila terjadi Dekompensatio
Cordis, ibu dilarang mengedan dan persalinan dilakukan dengan segera, bila
perlu lakukan efisiotomi dan ekstraksi vaccum
·
Persalinan dengan Sectio
Caesaria dilakukan bila ada indikasi obstetric (Hanifa,1994)
·
Sectio Caesaria dilakukan
dengan anestesi lokal dan sedasi jangan lahukan anestesi spinal (MNH,2002)
c. Kala 3
·
Hindari pemakaian ergometrin
kareana akan menghasilkan kontraksi uterus yang bersifat tonik dan akibatnya
terjadi pengembalian darah ke sirkulasi besar sekitar 1 liter (Hanifa,1994)
·
Hindari perdarahan post partum
karena dengan perdarahan akan memacu kerja jantung
·
Hindari therapy intravena
karena ekspansi intravaskuler dapat meningkatkan kerja jantung, dapat diberikan
oksitosin dengan intra muscular (Ben-Zion,1994)
d. Kala 4 & Masa Nifas
·
Bila memerlukan tranfusi
gunakan Pack Red Cell (Ben-Zion,1994)
·
Pasang gurita dan kantung pasir
di dinding perut dapat dilakukan untuk mencegah perubahaqn mendadak pada
sirkulasi abdomilalis
·
Lakukan pengawasan ketat pada
TTV, perdarahan, anemia, infeksi, tromboemboli
·
Beri antibiotika untuk mencegah
endikarditis
·
Lakukan pengawasan intensif (
high care ) dalam 24 jam post partum pada kondisi pasien dan tanda dini
decompensatio cordis
·
Pasien didukung untuk banyak
tidur dan beristirahat
·
Pasien dianjurkan untuk
berlatih napas dalam guna mencegah kesulitan pada paru-paru
·
Laktasi pada penderita jantung
kelas 1 & 2 diperbolehkan
·
Penderita jantung kelas 3 &
4 tidak diperbolehkan laktasi
·
Ibu bersalin dirawat sampai 2
minggu setealah persalinan
9. Prognosa
Ibu
-
Tergantung dari berat penyakit
yang di derita, umur, dan penyulit, therapy, pimpinan persalinan, kerjasama
dengan pasien
-
AKI 1-5 %
-
AKI penderita berat 15 %
Bayi
-
Penyakit jantung ringan tidak terlalu mempengaruhi
-
Penyakit jantung berat biasa menimbulkan gawat janin
(Muchtar,1998)
. Ani Riyani, Dra,
M.Kes Penuntun Praktikum Biokimia,
POLTEKES Bandung,2006
·
Ben-Zion Taber MD, Kapita
Selekta Obstetri dan Ginekologi, EGC 1994
·
Bobak, Maternity
Nursing, EGC 2005
·
Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2003
·
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002
·
Dot Stables, Physiologi
in Childbearing, Elsevier,2005
·
Evelyn C
Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, 1999
·
Guyton, Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, 1986
·
Hanifa
Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, Yayasan Binapustaka Sarwono Prawiroharjo,
1994
·
Helen Varney, Varney’s
Midwiferry, 1997
·
Hotma
Rumoharbo, Pemeriksaan Fisik, 2ooo
·
Luz Heller, Gawat
darurat Obstetri dan Ginekologi, EGC, 1986
·
Manuaba, Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, 1998
·
Marigan DL
Tobing, Obstetri Patologi, edisi II ,EGC,2005
·
·
Nakita, Tetap
Sehat dan Prima Saat Berbadan Dua, 2001
·
Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS, FK UNPAD, 2005
·
Purnawan
Junadi, Kapita selekta Kedokteran, Media Aesculapis, 1982
·
Rustam Muchtar,
Sinopsis Obstetri, EGC, 1998
·
Seller, Midwiferry,
Juta & Co Ltd, 1993
·
Supriyadi, Diktat
Anatomi Fisiologi Untuk Kalangan Sendiri, POLTEKES, 2005
·
Winifred L
Strar, Ambulatory Obstetries, third Edition, UCSF Nursing Press, 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar