Sabtu, 17 Desember 2011

ASUHAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN DENGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS


A.   Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Pankreas

Pankreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada efigastrium dan kuadran kiri atas, strukturnya lunak, berlobus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Pankreas terdiri atas dua jenis jaringan utama yaitu Asini yang mengsekresikan getah pencernaan ke dalam duodenum dan Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan getahnya ke luar namun mengsekresikan insulin dan glukagon langsung ke dalam darah. Pangkreas mempunyai hampir satu juta pulau langerhans. Pulau Langerhans mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa (25%) mengsekresi glukagon, sel beta (60%) mengsekresikan insulin dan sel delta (10%) yang mengsekresikan somatostatin (Guyton,1986)

B.   Metabolisme Insulin 
Insulin ditemukan pertama kali oleh Banting dan Best pada tahun 1922. Insulin sangat berpengaruh pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Segera sesudah makan makanan tinggi karbohidrat, glukosa yang di absorsi darah menyebabkan timbulnya sekresi insulin. Salah satu efek insulin yang paling penting adalah menyebabkan sebagian besar glukosa yang di absorbsi sesudah makan segera disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen. Selanjutnya bila tidak tersedia makanan dan konsentrasi glukosa dalam darah mulai berkurang, maka glikogen dalam hati dipecah kembali menjadi glukosa, yang akan dilepaskan kembali ke dalam darah agar konsentrasi glukosa darah tidak berkurang sampai terlalu rendah.
Mekanisme yang dipakai insulin yang menyebabkan timbulnya pemasukan glukosa dan penyimpanan dalam hati meliputi beberapa langkah yang terjadi secara bersamaan :
·               Insulin menghambat Fosforilase yang merupakan enzim yang menyebabkan terpecahnya glikogen dalam hati menjadi glukosa          
·               Insulin meningkatkan pemasukan glukosa dari darah oleh sel-sel hati. Terjadi dengan meningkatkan aktifitas enzim glukokinase yang merupakan ezim yang menyebabkan timbulnya posporilasi.
·               Insulin meningkatkan aktifitas enzim-enzim yang meningkatkan sintesis glikogen termasuk enzim fosfofruktokinase.
Efek akhir seluruh kerja ini adalah meningkatkan jumlah glikogen dalam hati.
          Mekanisme pelepasan glikogen dari hati diantara waktu makan :
·           Berkurangnya kadar glukosa darah menyebabkan pancreas  
                       mengurangi serkresi insulin.
·               Kurangnya insulin selanjutnya akan mengembalikan semua efek di     
           atas untuk menyimpan glikogen, keadaan ini akan menghambat
           pemasukan glukosa oleh hati dari darah.
·               Kurangnya insulin mengaktifkan enzim fosforilase yang
           menyebabkan pemecahan glikogen menjadi glukosa fosfat.
·               Enzim glukosa fosfat menyebabkan terlepasnya fosfat radikal dari glukosa, keadaan ini menyebabkan glukosa bebas berdifusi kembali ke dalam darah.
Pengaturan sekresi insulin diatur oleh konsentrasi gula darah, kadar asam amino dalam darah dan factor-faktor lain. Pada nilai normal kadar glukosa darah puasa sebesar 80-90 mg/dl maka kecepatan sekresi insulin akan minimum. Bila konsentrasi glukosa dalam darah meningkat, maka sekresi insulin akan sangat meningkat. Respon sekresi insulin terhadap                                   
naiknya konsentrasi glukosa darah menyebabkan timbulnya mekanisme  umpan balik yang berguna untuk mengatur besarnya konsentrasi glukosa darah, biasanya terjadi pada waktu dua jam sesudah absorbsi karbohidrat yang terakhir. Bertambahnya glukosa darah meningkatkan sekresi insulin, dan insulinnya sendiri menyebabkan timbulnya pengangkutan glukosa ke dalam sel hati, sel otot dan sel lain, sehingga mengurangi konsentrasi glukosa darah kembali ke nilai normal.  
Mekanisme yang dipakai untuk mencapai pengaturan konsentrasi gula darah sebagai berikut :
·               Hati berfungsi sebagai suatu sistem penyangga glukosa darah. Bila glukosa darah meningkat sampai konsentrasinya tinggi akan disertai dengan meningkatnya sekresi insulin sebanyak 2/3 dari glukosa yang diabsorbsi dari usus disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen. Bila konsentrasi glukosa darah dan kecepatan sekresi insulin berkurang, maka hati melepas glukosa kembali ke dalam darah
·               Pengaturan sistem umpan balik menjaga tetap normalnya konsentrasi gula darah. Bila konsentrasi glukosa darah meningkat sangat tinggi maka timbul sekresi insulin dimana insulin akan mengurangi konsentrasi glukosa darah agar kembali ke nilai normal. Berkurangnya glukosa darah juga merangsang timbulnya sekresi glukagon yang berfungsi meningkatkan kadar glukosa darah kembali ke normal. Mekanisme umpan balik insulin lebih berguna daripada mekanisme glukagon, tapi dalam keadaan tertentu mekanisme glukagon sangat penting
·               Pada keadaan hipoglikemi ada efek langsung dari kadar glukosa darah dalam hipotalamus yang dapat merangsang system syaraf simpatis. Kelenjar adrenalin mensekresikan hormon efineprin yang menyebabkan tetap terlepasnya glukosa dari hati.
·               Sebagai suatu respon terhadap hipoglikemi yang lama timbul sekresi hormon pertumbuhan dan kortisol yang akan mengurangi kecepatan pemakaian glukosa oleh sebagian besar sel tubuh.

Penting untuk menjaga tetap konstannya konsentrasi glukosa darah karena merupakan satu-satunya bahan makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina epitelium germinal dari gonad, Glukosa yang terbentuk dengan proses glukoneogenesis digunakan untuk metabolisme dalam otak. Sebaliknya, konsentrasi glukosa darah perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu tinggi karena berpengaruh terhadap tekanan osmotic ekstra selular yang bila meningkat berakibat dehidreasi selular, tingginya konsentrasi glukosa menyebabkan keluarnya glukosa dalam urine, sehingga menimbulkan diuresis ginjal yang akan mengurangi cairan tubuh dan elektrolit (Guyton,1986)

C.    Perubahan Metabolisme Dalam Kehamilan
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kadar glukosa ibu yang mempengaruhi kadar glukosa pada janin. Pengendalian kadar glukosa darah terutama dipengaruhi oleh insulin disamping hormon estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan, maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm 
kebutuhan insulin meningkat hingga 3X dari keadaan normal yang disebut tekanan diabetogenik dalam kehamilan (Hanifa,1994).                                      
Kadang-kadang ditemukan reduksi yang positif pada pemeriksaan urine ibu hamil, hal ini disebabkan karena laktosuri yaitu adanya gula air susu dalam urine dan glukosuri renal yaitu ambang ginjal oleh glukosa menurun sehingga adanya glukosuri walaupun kadar glukosa dalam darah normal. Laktosuri timbul dalam 6 minggu terakhir kehamilan dan nifas (M. Tobing 2005).
Secara fisiologik terjadi resistensi insulin, yang perlu ditambah produksi insulin agar tidak terjadi hipoinsulin. Apabila seorang ibu tidak dapat meningkatkan produksi insulin, relatif terjadi hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan. Resistensi insulin juga disebabkan oleh hormon estrogen, progesterone, kortisol, prolaktin, dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga menurunkan afinitas insulin (Hanifa,1994)

D.   Diabetes Melitus Secara Umum

1.  Definisi
Diabetes Melitus adalah suatu kondisi abnormal dari metabolisme yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh (Seller,1993).
Klasifikasi Diabetes mellitus :
·               Tipe juvenilis, yaitu DM yang biasanya timbul pada umur muda
·         Tipe dewasa yaitu DM yang biasanya timbul pada umur tua terutama orang yang gemuk

2.    Etiologi
·               Berkurangnya kecepatan sekresi insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans
·               Type juvenilis disebabkan karena :
-          Kecenderungsn faktor heriditer
-          Berkembangnya kekebalan terhadap sel-sel beta, sehingga     menyebabkan autoimun pada sel-sel beta
-          Kerusakan sel-sel beta karena virus atau degenerasi ringan pada sel-sel beta.
·               Tipe dewasa disebabkan karena :
-          Degenerasi atau tertekannya sel-sel beta mirip dengan kepekaan seseorang terhadap pertambahan umur
-          Faktor kegemukan karena kegemukan menyebabkan sel-sel beta kurang peka terhadap rangsang dan kegemukan menekan jumlah reseptor insulin pada sel target di seluruh tubuh (Guyton,1986).

3.    Pathofisiologi
a. Efek utama kekurangan insulin:
-    Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah sampai setinggi
                   300-1200 mg/dl
-    Sangat meningkatnya mobilisasi dari daerah penyimpanan lemak disertai deposisi lemak pada dinding pembuluh darah sehingga terjadi gejala aterosklerosis.
-          Pecahnya protein dalam jaringan tubuh
b. Hilangnya glukosa urine
-       Jumlah glukosa yang memasuki tubulus ginjal meningkat 225 mg/menit maka glukosa yang berlebih tidak dapat direabsorbsi dan di keluarkan kedalam urine.
c. Efek dehidrasi
-    Bila kadar glukosa naik sampai 1200 mg/dl terjadi dehidrasi pada sel-sel jaringan sebab glukosa tidak dapat berdifusi melalui pori-pori membran sel.
-  Naiknya tekanan osmotic dalam cairan ekstraselular menyebabkan timbulnya perpindahan osmotic dari air keluar dari sel.
-      Glukosuria menimbulkan keadaan diuresis osmotic sebab efek osmotic dari glukosa mencegah timbulnya dehidrasi ekstraseluler.
-      Bergesernya metabolisme karbohidrat ke metabolisme lemak maka asam asetoasetat dan asam beta hidroksibutirat dalam cairan tubuh akan meningkat menyebabkan asidosis (Guyton,1986).

4.    Tanda & Gejala       
·               Poliuria
·               Polidipsia
·               Poliphagia
·               Berkurang berat badan
·               Asetonia
·               Pernapasan kussmaul (cepat dan dalam) (Guyton,1986)
  
5.    Diagnosis
·               Glukosuria
·               Gula darah puasa > 110 mg/dl
·               Gula darah PP > 140 mg/dl

6.    Pengobatan
·               Diet
         Dengan mengatur jumlah karbohidrat maka akan mengurangi jumlah
         insulin yang dibutuhkan dan pancreas dapat memenuhi kebutuhanya
·               Olah raga
         Olah raga memberi efek berlawanan pada kebutuhan insulin. Kenaikan
         aktifitas otot meningkatkan pransfor glukosa ke dalam sel otot
         walaupun tanpa insulin. Jadi olah raga mempunyai efek seperti insulin.
·               Terapi insulin
         Insulin mempunyai durasi kerja 3-8 jam. Sedangkan insulin derivat
         protein (Injeksi) diabsorbsi lambat dan mempunyai efek 10-48 jam
        (Guyton,1986).      


E.    Diabetes Melitus Dalam Kehamilan (Diabetes Melitus Gestasional-DMG)

 1.  Definisi
   Diabetes Melitus Gestasional adalah suatu intoleransi karbohodrat ringan maupun berat yang terjadi dan diketahui pertama kali pada saat kehamilan berlangsung, angka kejadian 0,7 % (M. Tobing,2005)
                 Klasifikasi diabetes mellitus gestasional
 a.  Diabetes Pregestagen
Yaitu diabetes mellitus yang terjadi sebelum hamil. Disebabkan karena kelainan pada janin dan ibu dengan ketoasidosis. Terbagi tiga tipe :
1)        Tipe 1 yaitu Insulin Defenden Diabetes Melitus (IDDM), disebut juga Juvenile onset diabetes. Terjadi pada usia kurang dari 40 tahun, biasanya disertai dengan ketoasidosis biasanya memerlukan insulin dalam mengendalikan kadar glukosa darah.
2)        Tipe 2 yaitu Non Insulin Defenden Diabetes Melitus (NIDDM), disebut juga Maturity onset diabetes. Terjadi pada usia diatas usia 40 tahun, obesitas jarang terjadi pada kehamilan, tidak memerlukan insulin, dapat dikontrol dengan diet, olahraga dan terapi oral (Varney,1997)
3)        Tipe 3 yaitu tolelansi glukosa yang lemah, suatu kejadian DM yang ringan (Seller,1993)
                       Perbandingan dari DM ke DMG adalah 1:10 (Seller,1993)
 b.  Diabetes Gestagen
Yaitu abnormalitas metabolisme karbohidrat yang di diagnosa saat kehamilan. Diabetes gestagen biasanya dapat menjaga tingkat glukosa darah tanpa terjadi ketoasidosis, membutuhkan insulin lebih kecil, resiko tinggi untuk mengalami diabetes mellitus pada kehamilan selanjutnya sekitar 40-60% (MNH, 2002).

Klasifikasi berdasarkan American College of Obstetricans and Gynecologist (1986) modifikasi White

Kelas
Usia timbulnya penyakit
Lamanya (TH)
Penyakit vaskuler
Therapi
A
Setiap usia
Tidak tentu
-
Diet
B
>20
<10
-
Insulin
C
10-19
10-19
-
insulin
D
<10
> 20
Retinipati benigna
insulin
F
Setiap usia
Tidak tentu
Nefropati
Insulin
R
Setiap usia
Tidak tentu
Proliferatif retinopati
Insulin
H
Setiap Usia
Tidak tentu
Penyakit jantung
Insulin


2.    Pathofisiologi
a.    Pengaruh Diabetes Mellitus tarhadap kehamilan
·                     Faktor keturunan dan hormonal berpengaruh besar. Pada awal kehamilan (0-20 minggu) terdapat perubahan metabolisme estrogen-progesteron dapat meningkatkan hormon insulin dari otot dan jaringan. Pada akhir kehamilan (20-40 minggu) peningkatan HPL dan pergerakan hormon insulin tersebut menyebabkan peningkatan resistensi insulin, produksi gula hati dan penurunan toleransi glukosa lebih tinggi dari glukosa dalam darah (Avery&Rossi,1994,Hollingworth,1985,Nelson,1994)
·                     Peningkatan estrogen, progesterone dan HPL selama kehamilan memproduksi daya tahan terhadap insulin pada jaringan maternal, oleh karena itu sisa glukosa darah terangkat lebih lama dari keadaan tidak hamil, dimana insulin yang diproduksi tidak cukup untuk mengatasi resistensi yang di sebabkan oleh HPL, sehingga kelebihan konsentrasi glukosa terus bertambah yang menyebabkan terjadi DMG (Hanifa,1995).
·         Resistensi insulin merupakan mekanisme penghematan glukosa untuk memastikan suplai glukosa pada janin tercukupi. Selama trimerter 2 & 3 hormon estrogen, progesterin, HPL kortisol dan prolaktin bekerja sebagai antagonis untuk meningkatkan resistensi insulin.
·                   Menjelang akhir kehamilan kebutuhan insulin meningkat 2-4 kali, jika pancreas tidak cukup memproduksi insulin maka akan menjadi pemicu terjadinya DMG.
·            10 % ibu hamil mengalami glukosuria tanpa kenaikan glukosa darah, karena peningkatan GFR selama kehamilan, kondisi ini sering terjadi pada primipara (Winifred,2001)
·                    Hilangnya glukosa dalam urine. Pada kehamilan terjadi glukosuri sampai hasil reduksi positif 1, hal tersebut normal disebabkan karena laktosuri dan glukosuri renal (M.Tobing,2005). Bila jumlah glukosa yang memasuki tubulus ginjal meningkat 222 mg per menit, maka glukosa belebihan tidak dapat diabsorpsi dan di keluarkan ke dalam urine.

                b.   Pengaruh kehamilan terhadap Diabetes Melitus
·              Kehamilan merupakan suatu status diabetogenik, oleh karena itu bila menderita DM kondisi akan bertambah buruk selama kehamilan mengarah ke retinophaty dan nepriphaty.
·             Pada usia kehamilan 30 minggu, peningkatan hormon insulin ada pada puncanya dan sulit di kendalikan walaupun ada hormon HPL, estrogen, progesterone dan kortisol.
·       Pertumbuhan janin dan ibu membutuhkan karbohidrat yang lebih banyak sehingga sering di temukan ketosis ( Seller,1993)
                c.   Pengaruh Diabetes Melitus pada janin
·               Selama kehamilan terjadi trasfer glukosa dari ibu kapada janin melalui plasenta.
·                     Pada pertengahan kehamilan dan sepanjang timester 3 , ibu menyimpan cadangan makanan untuk janin melalui peredaran oksigen yang mengandung lemak.
·                     Plasenta aktif mengirim glukosa ke janin sehingga bila terjadi penurunan transfer glukosa mengakibatkan kematian pada janin.
·                     Apabila janin mendapat pasokan glukosa yang berlebih, akan terjadi hiperinsulinemia yang akan mengubah glukosa menjadi cadangan lemak dan glikogen sehingga menyebabkan bayi menjadi besar (Seller,1993).                                                               

3.  Etiologi
a. Pada kehamilan
-                Hiperemisis Gravidarum dapat merubah metabolisme karbohidrat
-           Pemakaian glikogen bertambah karena miometrium dan jaringan lain bertambah
-                Janin yang tumbuh memerlukan bahan makanan terutama karbohidrat.
-                Pankreas dan adrenal janin yang sudah berfungsi inutero
-                Peningkatan metabolisme basal dengan pertukaran zat lebih cepat sehingga mengurangi banyaknya cadangan glikogen.
-                Sebagian insulin dimusnahkan oleh enzim insulinase dalam plasenta.
-                Afinitas insulin dihambat oleh plasenta laktogen, estrogen dan progesterone.
b. Pada Persalinan
Kegiatan otot rahim dan usaha mengedan meningkatkan pemakaian glukosa
(Hanifa,1994)
c. Pada Nifas
Laktasi menyebabkan keluarnya zat makanan termasuk karbohidrat

1.    Faktor Predisposisi

·         Obesitas, karena menekan jumlah reseptor insulin pada sel-sel target di seluruh tubuh, dan sel-sel beta pulau langerhan menjadi kurang peka terhadap rangsangan (guyton,1984).                                           
·            Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus. Tipe juvenil mempunyai kecenderungan dalam heriditer dalam hal berkembangnya kekebalan dalam sel beta sehingga menyebabkan destruksi autoimun pada sel beta, kerusakan sel-sel beta juga mungkin karena penyakit virus atau degenerasi ringan pada sel (guyton, 1984).
·               Riwayat melahirkan lebih dari 4 Kg berat badan bayi.
·               Riwayat lahir mati dan abortus berulang.
·               Sejarah Diabetes Melitus
·               Persalinan Preterm
·               Riwayat obstetric buruk
·               Bayi lahir lebih dari 4,5 kg
·          Glukosuri positif 2 tidak menggambarkan penurunan ambang ginjal untuk glukosa yang merupakan perubahan fisiologi normal saat hamil.
·               Obesitas lebih dari 180 pon (tergantung IMT)
·               Infeksi monilial
·               Preeklamsi atau hipertensi kronik
·               Polihiramnion
·               Usia lebih dari 25 tahun
·               Riwayat diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya (Varney,1997)

2.    Komplikasi
Komplikasi pada kelahiran dengan diabetes mellitus 5/10000 pada tahun 1994-1995 di RSCM (MNH, 2005).
a. Kehamilan
-          Makrosomia
40% ibu dengan DMG akan melahirkan bayi dengan BB berlebih pada semua usia kehamilan (MNH. 2002).Hal ini disebabkan karena janin yang menerima pasokan glukosa darah yang berlebih akan memproduksi insulin sehingga terjadi hiper insulinemia. Glukosa dibakar oleh oksigen menjadi adenosine-tripospat(ATP) dan diubah menjadi protein dan lemak. Insulin merubah glukosa menjadi cadangan lemak dan glikogen (Hanifa, 1994).
-          Sindroma gawat napas neonatal.
Hiper insulin menyebabkan antagonis terhadap pengaruh kortisol yang menimbulkan  produksi fospatidilgliserol yang berguna untuk pematangan paru, hal ini memungkinkan bayi cukup besar tapi paru-paru belum matang walaupun kehamilan cukup bulan yang disebut fetus dismaturus sehingga diperlakukan sebagai bayi kurang bulan (Hanifa, 1994).
-          Kejadian gestosis 4x lebih besar (M.Tobing, 2005)
-          Abortus dan persalinan preterm
-          IUFD terutama setelah minggu ke 35 disebabkan karena asidosis, hipoglikemi dan hidramnion.
-          Kelainan Kongenital
4,1% cacat berat seperti kelainan jantung, ginjal, saluran cerna, skelet, dan neurology yang menyebabkan 50% IUFD dan 20% cacat ringan (MNH, 2002)
-          Hambatan pertumbuhan janin(IUGR) (Seller,1993)
b.    Persalinan
-          Distosia bahu karena makrosomia
-          Janin yang besar sering memerlukan tindakan operasi
-          Inercia uteri mengakibatkan persalinan lama
-          Gangguan pembuluh darah plasenta menyebabkan asfiksia sampai lahir mati.
-          Perdarahan postpartum karena atonia uteri (Seller,1993).
                c.  Neonatus                                         
-          Hipoglikemi (GD-30mg/dl) karena bayi terputus dari ibu yang memasok glukosa sehingga bayi menggunakan lemak sebagai sumber energi. Selain itu disebabkan juga karena hiper insulinemia (Hanifa, 1994). 25-50% bayi hipoglikeni dalam 24 jam postpartum sehingga potensial terjadi kerusakan syaraf karena hiper insulinemia dan cadangan glikogen yang kurang (MNH,2002)
-          Hipokalsemia dan hipomagnesemia
-          Hiperbilirubinemia
Meningkat kadar bilirubin indirek 20-25% akibat pengrusakan eritrosit karena perubahan membran eritrosit (MNH, 2002)
                    -    Bayi berpotensi menderita DM di kemudian hari (Seller,1993)
c.    Nipas
-          Laktasi berkurang
-          Infeksi nipas
-         Menghambat penyembuhan luka jalan lahir

3.    Tanda & Gejala
-          Glukosuria > positif 1 
-          Tinggi fundus uteri > 2 cm dari normal pada trimester 2 & 3
-          Obesitas
-          Glukosa darah puasa > 90 mg/dl, Glukosa 2 jam PP > 130 mg/dl
     (Sweet Succes,1997)
-          Polyuri (out urine berlebih)
-          Polidipsia (haus berlebihan)
-          Poliphagia (makan berlebihan)
-          Kehilangan berat badan
-          Penyembuhan yang lambat (Varney,1997)
-  Pemeriksaan glukosa urine dan glukosa darah menunjukan diabetes mellitus (Manuaba,1998).

4.    Penegakan Diagnosa
a.  Anamnesis ( Data Subjektif )
  -    Riwayat keluarga dengan DM
  -    Terdapat keluhan trias penyakit gula
         -    Riwayat kehamilan dengan DMG
            -    Riwayat persalinan dengan bayi besar
                 -    Riwayat Obstetri buruk
                 -    Urine sering dirajang semut (Manuaba,1998)
     b.  Data Objektif
                -    TFU > 2 cm dari ukuran normal pada trimester 2 & 3
                -    Glukosa urine > 1 + pada > 2 kali pemeriksaan
                -    Adanya ketonuria, bakteri pada urine (Manuaba,1998)


5.    Penatalaksanaan

Pada Kehamilan

     a. Deteksi dini.
·       Konseling prakonsepsi mencakup penundaan kehamilan 6-12 bulan pada ibu dengan DM untuk mempertahankan stabilitas insulin dengan penanganan dari internis
·             Pemeriksaan reduksi urine dan kadar glukosa darah.
Waktu pemeriksaan (Varney, 1997)
-          Trimester 1
-          Minggu ke 28
-          Minggu ke 34-36
·             Pemeriksaan reduksi urine menggunakan metoda benedict
         -     Warna biru jernih sedikit kehijauan           normal
         -     Warna hijau endapan kuning                     Positif 1
         -     Endapan kuning jelas dan banyak              Positif 2
         -     Tidak berwarna, endapan warna jingga             Positif 3
         -     Tidak berwarna, endapan warna merah bata sampai kecoklatan 
                Positif 4 ( Riyani, 2006)

·             Persiapan pemeriksaan Glukosa darah (MNH,2002)
-          Makan dengan karbohidrat cukup minimal 3 hari sebelumnya
-          Semalam sebelum pemeriksaan puasa 8-12 jam, pagi-pagi diambil contoh darahnya.
-          Diberi beban glukosa 75 gram dalam 200 ml air, selalu setelah 2 jam diambil contoh darah.
·             Deteksi Kasus (Sullivan, 1973)
-    Pasen diberi tes beban glukosa oral 50 gr, 1jam kemudian diperiksa kadar gula darahnya. Bila nilai glukosa plasma > 150 mg/dl (130 mg/dl darah) maka perlu dilanjutkan dengan Glukosa Toleransi Test (GTT) 3 jam.                                                         
-          GTT 
Pasen diberi beban glukosa oral 100 gr kemudian diperiksa kadar gula darah


Normal

Abnormal

Puasa
<90 mg/dl
>/=90 mg/dl
Jam 1
<165 mg/dl
>/=165 mg/dl
Jam 2
<145 mg/dl
>/=145 mg/dl
Jam 3
<124 mg/dl
>/=124 mg/dl


·             Pengaturan skrining DM (Varney,1997)
GD Puasa
GD PP
Hal yang dilakukan
GTT
+
-
GTT
2  Abnormal : Konsultasi
+
-
GTT
2 Abnormal : DMG: Konsultasi
+
+
DM  : Konsultasi

-
-
Test ulang hamil 34-36 mg



·             Kriteria DM (WHO)


Puasa
2 jam PP
Normal
< 100
<140
DM
>/= 140
>200
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
100-139
140-199

·      Menetapkan usia kehamilan berdasarkan HPHT dan kesesuaian dengan TFU. Apabila di temukan TFU  lebih besar dari ukuran normal, pertimbangkan makrosomia

b. Penanganan awal
·         Konseling tentang keadaan kehamilan dengan diabetes melitus mencakup tanda dan gejala, komplikasi dan rencana penatalaksanaan
·             Kolaborasi dengan Ginekolog,Internis, Spesialis Anak Dan Ahli Gizi
·             Memelihara GD normal dengan (Varney,1997)
-     Diet ( Kolaborasi dengan ahli gizi ) 30 kal/BB terdiri dari 50% karbohidrat, 20% ptotein, 30% lemak. PROTEIN 1-1,5/kg BB
-    Monitoring GD dengan pemeriksaan laboratorium. Pada masa kehamilan 2 minggu sekali, pada masa nifas 1 minngu sekali.
-          Istirahat cukup dan olah raga sesuai kondisi
·             Pemantauan ibu dan janin
-          Pengukuran TFU
-          Monitor Denyut jantung janin
·        Konseling untuk memonitor gerakan janin, kehamilan < 28 minggu 10 gerakan dalam 2 jam, kehamilan > 28 minggu 10 gerakan dalam 1 jam
·             Menghindari terjadi infeksi
·             Pada bulan ke- 7 , bila ditemukan aseton, gestose,  di rawat di rumah sakit (MNH, 2002)
·             Kehamilan 34 minggu dirawat untuk persiapan persalinan (MNH,2002)
·             Menjelang akhir kehamilan lakukan USG dan Kardiografi secara serial setiap minggu (MNH, 2002)

                                                              
c.    Penanganan Lanjut
       Kolaborasi dengan ginekolog, internis dan ahli gizi
·        Pemberian insulin (human insulin) yaitu Humulin R dan Actrapid Human, bila GDP >105 dan GD PP > 120
-          Dosis insulin perlu dirubah menurut keperluan sesuai dengan hasil pemeriksaan GD kurang lebih antara 0,5 – 1,5 unit/BB
-          Trimester I dosis insulin di kurangi kerena mudah terjadi hipoglikemi akibat emisis
-          Trimester II & III dosis insulin di tanbah karena pola makan meningkat
-          Pantau GD 3 kali/hari

·         Bila diperlukan dokter bisa melakukan amniosentesis untuk memeriksa keadaan paru-paru janin sebelum persalinan

Pada Persalinan

·             Penanganan persalinan oleh ginekolog di rumah sakit dengan fasilitas operasi
·             bu hamil dengan DMG ringan  partus spontan sampai dengan usia kehamilan 40 minggu
·      Ibu hamil dengan DMG berat (yang memerlukan insulin) kehamilan diakhiri pada 36-38 minggu dengan induksi atau SC
·             Indikasi SC (M.Tobing,2005)
-          Gestosis
-          Makrosomia
-          Gawat janin
-          Pertumbuhan janin terhambat
-          Primi tua
-          Riwayat still birth
·             Selama proses persalinan pemantauan DJJ dengan USG dan Kardiotokografi (KTG)
·             Bila akan dilakukan terminasi lakukan amniosentesis untuk memastikan kematangan janin ( Bila usia kehamilan < 38 minggu )
·             Pada persalinan dosis insulin di kurangi, diberi infus glukosa dan insulin bila terjadi hipoglikemi diberi insulin secara infus 2-4 satuan perjam

Pada Neonatus

     a. Penanganan awal
(MNH,2002)
·             Perlakukan bayi sebagai bayi prematur, jaga kehangatan dan evaluasi segera :
-          Nilai apgar
-          Periksa K/U bayi
-          Observasi kemungkinan hipoglikemia dengan tanda hipoglikemia : Gelisah, soanosis, apatis, apnoe/trahipnoe intermiten, tangis lemah, lethargi, sulit minum dan memutar bola mata.
-          Periksa fisik untuk melihat cacat bawaan
-          Periksa plasenta
-          Periksa kadar glukosa bayi
-          Periksa haematokrit tali pusat
-          Biberi minum 60-90 ml/kgBB/hari pada jam pertama, selanjutnya tiap jam
     b. Penanganan lanjut ( di Rumah sakit )
·             Periksa laboratorium :
-          Kadar Glukosa serum tali pusat umur 1,2,4,8,12,24,36,48 jam
-          Kadar kalsium dan magnesium umur 6,12,24,48 jam
-          Haematokrit tali pusat umur 4,24 jam
-          Kadar serum bilirubin bila tampak kuning                                                        
·             Lakukan penanganan sebagai berikut :
-          Bila terjadi hipoglikemi ( glukosa < 25 mg/dl ) beri larutan glukosa IV 6 mg/kgBB/menit. Kadar glukosa diperiksa tiap jam
-          Bila hasi 25-44mg/dl bayi tidak tampak sakit, minum larutan glukosa 5%, periksa GD tiap jam sampai stabil, setelah itu tiap 4 jam, bila tetap rendah, infus glukosa 6 mg/kgBB/menit
-          Bila hipoglikemi dengan gejala, berikan larutan glukosa 10% 2-4 ml/kgBB/menit IV selama 2-3 menit lanjutkan dengan 6-8 ml/kgBB/menit. Konsentrasi glukosa tidak boleh lebih dari 12,5% karena dapat merusak vena.
·       Hipokalsemia dngan kejang, beri larutan kalsium glukonat 10% 1 ml/kgBB IV diencerkan dengan glukosa 5% 1:4. Kadar kalsium dipantau setiap 12 jam. Peamantauan bradikardi, aritmia jantung, nekrosis kulit dan alat infus
·             Hipomagnesemia, beri magnesium sulfat 50% 1,2 ml/kgBB/hari IM dalam dibagi dalam 2-3 dosis
·             Kelainan haematology
Haematokrit 60-70% tanpa gejala, minum 20-40 ml/kgBB/hari periksa tiap 6-12 jam sampai dengan < 65%. Bila HT > 70% dengan gejala, transfusi tukar partial dengan plasma beku segar.

6.    PROGNOSA

Bila  penyakit di tangani oleh internis dan kehamilan & persalinan di tangani ginekolog, maka prognosis baik. DM berat yang di sertai komplikasi prognosis buruk. Faktor yang meninggikan prognosis buruk pada bayi :
- Berat dan lamanya sakit serta asetonuria
- Insufisiensi plasenta
- Komplikasi dan distosia persalinan



DAPTAR PUSTAKA


·             Ben-Zion Taber MD, Kapita Selekta Obstetri dan Ginekologi, EGC 1994

·             Bobak, Maternity Nursing, EGC 2005

·   Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2003

·    Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002

·             Dot Stables, Physiologi in Childbearing, Elsevier,2005

·             Evelyn C Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, 1999

·             Guyton, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, 1986

·             Hanifa Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, Yayasan Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 1994

·             Helen Varney, Varney’s Midwiferry, 1997

·             Hotma Rumoharbo, Pemeriksaan Fisik, 2ooo

·             Luz Heller, Gawat darurat Obstetri dan Ginekologi, EGC, 1986

·             Manuaba, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, 1998

·             Marigan DL Tobing, Obstetri Patologi, edisi II ,EGC,2005
·              
·             Nakita, Tetap Sehat dan Prima Saat Berbadan Dua, 2001

·             Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS, FK UNPAD, 2005

·             Purnawan Junadi, Kapita selekta Kedokteran, Media Aesculapis, 1982

·             Rustam Muchtar, Sinopsis Obstetri, EGC, 1998

·             Seller, Midwiferry, Juta & Co Ltd, 1993

·             Supriyadi, Diktat Anatomi Fisiologi Untuk Kalangan Sendiri, POLTEKES, 2005

·             Winifred L Strar, Ambulatory Obstetries, third Edition, UCSF Nursing Press, 2001



Tidak ada komentar:

Posting Komentar